Bagaimana Sejarawan Nasional MENULIS Peristiwa Pemerkosaan Massal (Mei 1998), saat Fadli Zon Menyangkal.?

Edisi: 1.195
Halaman 4
Integritas |Independen |Kredibel

      Potret: ZF|Properti

JAKARTA, KUPANG TIMES - bagaimana para sejarawan yang sedang mengerjakan proyek Kementerian Kebudayaan RI menulis sejarah pemerkosaan massal tahun 1998.? 

apakah bakal sama dengan pandangan Fadli Zon /atau berbeda.? 

Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, menyangkal sifat massal pada peristiwa pemerkosaan etnis Tionghoa pada Mei 1998.

di sisi lain, para sejarawan, arkeolog, hingga ilmuwan sosial, saat ini, sedang mengerjakan proyek penulisan ulang sejarah nasional, senilai IDR 9 Miliar. 

saat ini, Proses Penulisan, sudah mencapai 90% lebih.

“Kecuali untuk periode yang terakhir itu memang belum banyak sejarawan yang menulis, 

misalnya; zaman reformasi, itu memang perlu effort (usaha) yang ekstra."|Prof. Singgih Tri Sulistiyono (editor umum penulisan ulang sejarah Indonesia), Senin, (23/06/25).

Prof. Singgih, memahami, hal yang tidak disepakati Fadli Zon adalah sifat “massal” dari peristiwa pemerkosaan tersebut. 

“Istilah massal ini yang ditemukan tim pencari fakta, menurut beliau (Fadli Zon) belum konklusif."|Prof. Singgih Tri Sulistiyono (editor umum penulisan ulang sejarah Indonesia)

Guru Besar Ilmu Sejarah dari Universitas Diponegoro (Undip) itu, menjelaskan, objektivitas sejarah yang tidak mungkin bebas kepentingan. 

Objektivitas sejarah, ada pada validitas sumber yang otentik dan kredibel.

lalu, apakah tim penulis ulang sejarah akan menuliskan peristiwa di penghujung era Orde Baru itu sebagai pemerkosaan massal /atau tidak massal.? 

“Ya kalau itu saya belum berdiskusi ya dengan penulisnya, 

mengenai narasinya, sabar dulu."|Prof. Singgih Tri Sulistiyono (editor umum penulisan ulang sejarah Indonesia)

Apakah ada intervensi Fadli Zon dalam penulisan ulang sejarah ini.? 

Prof. Singgih, mengatakan, secara umum, Fadli Zon hanya menyampaikan pesan persatuan yang perlu termuat dalam produk historiografi nasional. 

“Ya Pak menteri hanya menyampaikan konsepnya bahwa; penulisan sejarah ini, jangan justru menjadi pemecah belah bangsa, tetapi menjadi merekatkan kohesivitas kebangsaan, 

Kedua • penulisan ini, memungkinkan, adanya reinventing Indonesian identity, jati diri bangsa Indonesia melalui narasi ini."|Prof. Singgih Tri Sulistiyono (editor umum penulisan ulang sejarah Indonesia)

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.

Informasi Artikel:

| Konteks: Sejarah, 

| Penulis: W.J.B

| Sumber: Kementerian Kebudayaan RI, Prof. Singgih Tri Sulistiyono, 

| Penerbit: Kupang TIMES

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®