Edisi: 1.189
Halaman 1
Integritas |Independen |Kredibel
JAKARTA, KUPANG TIMES - Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, kembali mempertanyakan, apakah pemerkosaan massal pada 1998 benar-benar terjadi.? saat dirinya menanggapi kritik publik, terkait sikapnya yang mempersoalkan istilah 'massal' pada pemerkosaan yang terjadi pada Mei 1998.
Fadli, mengatakan, semestinya ada fakta yang jelas mengenai kasus pemerkosaan massal pada Mei 1998, termasuk siapa saja korbannya dan di mana saja kejadian itu terjadi.
"Jadi itu harus ada fakta-fakta hukum, ada (bukti) akademik,
Jadi ada siapa korbannya, di mana tempatnya, mana kejadiannya, itu kan harus ada."|Fadli (Menteri Kebudayaan RI), saat di Kampus IPDN Jatinangor, Jawa Barat, Selasa, (24/06/25).
Fadli, mengatakan, sejarah perkosaan harus jelas sesuai dengan fakta yang ada, termasuk data-data otentik yang telah dikumpulkan.
Fadli, menegaskan, pernyataan tersebut adalah pandangan pribadinya atas kasus 1998 dan tidak memiliki korelasi apapun terhadap penulisan ulang sejarah Indonesia yang sedang digagas Kementerian Kebudayaan.
"harus ada datanya kan kita, itu pendapat saya pribadi, ini enggak ada urusannya dengan sejarah, dan boleh kan dalam demokrasi itu berbeda pendapat, kalau ada yang mempunyai bukti-bukti ini loh namanya massal."|Fadli (Menteri Kebudayaan RI),
Fadli, mengatakan, dirinya tidak memungkiri bahwa; peristiwa pemerkosaan massal, memang benar terjadi pada Mei 1998.
Namun, Fadli, meragukan, apakah peristiwa pemerkosaan yang terjadi pada 1998 bersifat massal.
Politikus Partai Gerindra itu, mengatakan, pengertian massal dalam kasus perkosaan massal berarti peristiwa yang sistematis.
"Saya yakin terjadi, kekerasan seksual itu, waktu itu terjadi, seperti; penjelasan saya terjadi,
tetapi massal itu sistematis, seperti terjadi (dilakukan) oleh tentara Jepang kepada, misalnya; China, itu Nanjing • oleh: tentara Serbia kepada Bosnia, seperti peristiwa itu namanya massal, ada sistematik, terstruktur dan masif,
"Nah sekarang, ada enggak (unsur terstruktur, sistematis, dan massif).? Kalau ada.? Buktinya tidak pernah ada.!"|Fadli (Menteri Kebudayaan RI),
Fadli, mengatakan, dirinya tidak ingin terminologi pemerkosaan massal, justru mencoreng wajah bangsa sendiri.
"Kita ini enggak mau mencoreng muka kita sendiri, itu ada frame, waktu itu frame ya, termasuk dari asing menurut saya, bahwa; terjadi perkosaan yang katanya massal."|Fadli (Menteri Kebudayaan RI)
cukup tahu • sebelumnya, Fadli Zon dikecam publik, karena meragukan terjadinya pemerkosaan massal pada Mei 1998 dalam wawancara bersama IDN Times.
Fadli, mengatakan, peristiwa tersebut, hanya berdasarkan rumor yang beredar dan tidak pernah ada bukti pemerkosaan massal pada peristiwa Mei 1998.
"Nah, ada perkosaan massal.!
Betul enggak ada perkosaan massal.? Kata siapa itu.? Itu enggak pernah ada proof-nya (bukti).?
Itu adalah cerita.!
Kalau ada, tunjukkan.! Ada enggak di dalam buku sejarah itu.? Enggak pernah ada.?"|Fadli (Menteri Kebudayaan RI), dalam Program Acara: Real Talk with Uni Lubis, Senin, (08/06/25).
setelah ucapannya menjadi perbincangan hangat, Fadli Zon, meluruskan bahwa; dirinya tidak bermaksud menyangkal adanya kasus pemerkosaan massal, tetapi meminta publik bersikap dewasa memaknai peristiwa tersebut.
Fadli, mengatakan, sejarah semestinya di-lihat secara jernih, tanpa kehilangan empati dan tidak menanggalkan akal sehat.
"Setiap luka sejarah harus kita hormati,
tapi sejarah bukan hanya tentang emosi, ia (sejarah) juga tentang kejujuran pada data dan fakta."|Fadli (Menteri Kebudayaan RI), dalam keterangannya, Selasa, (17/06/25).
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Politik, Sejarah,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: Kementerian Kebudayaan RI, IDN Times,
| Penerbit: Kupang TIMES