Edisi: 1.173
Halaman 3
Integritas |Independen |Kredibel
JAKARTA, KUPANG TIMES - Urbanisasi yang semakin masif, membawa tantangan baru bagi Indonesia, khususnya kemiskinan di wilayah perkotaan.
Ekonom menilai, program pengentasan kemiskinan tidak lagi cukup berfokus di desa, melainkan juga harus menjangkau kota-kota besar yang kini menjadi tempat tinggal mayoritas penduduk Indonesia.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) sekaligus Guru Besar Universitas Paramadina, Didik J. Rachbini, mengatakan, per-tahun ini, sebanyak 59% penduduk Indonesia /atau sekitar 167 Juta Jiwa, tinggal di kota.
Urbanisasi ini akan terus meningkat, bahkan diperkirakan mencapai 70% pada 2045.
Didik, mengatakan, lonjakan penduduk perkotaan tanpa diimbangi pemerataan kesejahteraan dapat memperparah kemiskinan kota.
“selama ini kita fokus menanggulangi kemiskinan desa, padahal kantong-kantong kemiskinan di kota juga sangat besar,
Pemerintah harus mulai menyasar program yang tepat untuk masyarakat miskin kota."|Didik (Indef), Senin, (09/06/25).
Didik, mengatakan, salah satu solusi yang di-tawarkan adalah mendorong model bisnis koperasi di sektor ekonomi digital perkotaan.
Didik, menyoroti, model bisnis transportasi daring saat ini, seperti; Gojek, meski berhasil secara teknologi dan bisnis.
namun, dinilai belum memberikan kesejahteraan yang adil bagi para pengemudinya.
“Model seperti Gojek hebat, tapi pengemudinya tidak pernah naik kelas,
mereka tetap di posisi bawah dan hanya menjadi alat produksi yang menguntungkan perusahaan,
Ini warisan kapitalisme murni."|Didik (Indef)
Didik, menilai, di era pemerintahan Presiden RI, Prabowo Subianto, yang menganut ideologi sosialisme pasar, pemerintah seharusnya lebih berpihak pada rakyat dengan mendorong platform transportasi digital berbasis koperasi.
“di New York, ada Co-op Ride, platform ride-sharing yang dimiliki dan dikelola para pengemudi sendiri,
Indonesia bisa meniru model ini."|Didik (Indef)
Didik, mengatakan, koperasi digital transportasi jauh lebih feasible secara ekonomi dan sosial, mengingat mayoritas penduduk Indonesia saat ini berada di kota.
Didik, menilai, koperasi semacam ini, lebih relevan dibandingkan dengan koperasi merah putih yang fokus pada pengembangan desa.
“Kalau pemerintah ingin menjalankan ekonomi konstitusi seperti yang selalu disampaikan Presiden Prabowo dalam bukunya Paradoks Indonesia, maka model koperasi digital ini adalah langkah konkret."|Didik (Indef)
Didik, mengatakan, ide ini sejalan dengan pemikiran Nasionalisme Konstitusional versi Professor. Sumitro Djojohadikusumo, yang mengedepankan peran negara untuk memastikan ekonomi bergerak demi kepentingan rakyat banyak.
Didik, kembali menilai, sudah saatnya pemerintah membangun platform transportasi digital milik pengemudi yang dikelola koperasi, baik melalui inisiatif swasta /atau BUMN, seperti; BPI Danantara.
“Koperasi digital transportasi bisa menjadi solusi pengentasan kemiskinan di kota dan mendorong kemandirian ekonomi rakyat."|Didik (Indef).
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Ekonomi, Bisnis, Teknologi,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: INDEF,
| Penerbit: Kupang TIMES