Edisi: 1.173
Halaman 2
Integritas |Independen |Kredibel
JAKARTA, KUPANG TIMES - Bank Dunia resmi menetapkan Standar Kemiskinan di Indonesia sebagai Negara Berpenghasilan Atas adalah USD 4 PPP /atau IDR 5,6 Juta per-Keluarga.!
Bank Dunia, menerbitkan laporan, jumlah orang miskin di Indonesia meningkat signifikan.
berdasarkan laporan berjudul: 'June 2025 Update to the Poverty and Inequality Platform.'
Bank Dunia resmi mengadopsi Perhitungan Purchasing Power Parity (PPP) 2021 dalam menentukan Garis Kemiskinan.
sebelumnya, Bank Dunia menggunakan Perhitungan PPP 2017.
cukup tahu • PPP, merupakan, pengukuran perbandingan biaya yang dibutuhkan untuk membeli suatu barang /atau jasa di 1 (Satu) Negara dengan di Amerika Serikat.
misalnya; USD 1 di New York tentu memiliki daya beli yang berbeda dengan USD 1 di Jakarta.
PPP memungkinkan perhitungan keterbandingan tingkat kemiskinan antar-negara yang memiliki tingkat biaya hidup yang berbeda-beda.
Oleh sebab itu, nilai PPP berbeda untuk setiap negara.
untuk Indonesia, Bank Dunia mencatat USD 1 PPP 2017 setara dengan IDR 5.607,5
Hanya saja, Bank Dunia belum menerbitkan konversi resmi PPP 2021 ke Rupiah.
Standar Garis Kemiskinan Baru Bank Dunia 2025,
usai pengadopsian PPP 2021, Bank Dunia, melaporkan, saat ini, garis kemiskinan Internasional menjadi USD 3 per-orang per-hari, naik dari sebelumnya USD 2,15 berdasarkan perhitungan PPP 2017.
selanjutnya, garis kemiskinan negara berpenghasilan menengah bawah menjadi USD 4,20 per-orang per-hari [dari USD 3,65]; dan garis kemiskinan negara berpenghasilan menengah atas menjadi USD 8,30 per-orang per-hari [dari USD 6,85]
saat ini, Bank Dunia, mengategorikan Indonesia sebagai negara berpendapatan menengah atas sejak 2023, usai mencapai Gross National Income (GNI) /atau Pendapatan Nasional Bruto sebesar USD 4.580 per-kapita.
sebagai catatan, Bank Dunia mengklasifikasikan sebuah negara sebagai negara berpendapatan menengah atas, apabila memiliki GNI di kisaran USD 4.466—USD 13.845 per-kapita.
Perubahan tahun acuan tersebut, turut membuat jumlah penduduk miskin meningkat.
sebelumnya dalam laporan Poverty & Equity Brief edisi April 2025, Bank Dunia mencatat persentase penduduk miskin di Indonesia mencapai 60,3% dari total populasi pada 2024.
Kini berdasarkan data Poverty and Inequality Platform Bank Dunia, jika menggunakan perhitungan PPP 2021 yang mana garis kemiskinan negara berpendapatan menengah atas sebesar USD 8,30, maka persentase penduduk miskin di Indonesia melonjak ke 68,2% dari total populasi pada 2024.
adapun jumlah penduduk Indonesia sebanyak 285,1 Juta berdasarkan Susenas 2024 Badan Pusat Statistik (BPS).
dengan demikian berdasarkan standar Bank Dunia, 68,2% penduduk miskin Indonesia setara dengan 194,4 Juta Jiwa /atau sekitar setiap 3 orang penduduk Indonesia, 2 orang di antaranya miskin.
Garis Kemiskinan versi BPS RI,
di Indonesia, garis kemiskinan mengacu kepada survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.
lembaga negara itu, tidak menggunakan standar kemiskinan Bank Dunia dalam mencatat garis kemiskinan nasional.
oleh sebab itu, jumlah penduduk miskin versi BPS RI jauh lebih rendah dari pada versi Bank Dunia, yakni; menjadi 24,06 Juta Jiwa /atau setara 8,57% dari total populasi per September 2024.
Kepala BPS RI, Amalia Adininggar Widyasanti, memberikan penjelasan, terkait perbedaan standar tersebut.
Amalia, menjelaskan bahwa; garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia merupakan median /atau nilai tengah dari garis Kemiskinan Nasional 37 Negara Berpendapatan menengah-atas.
oleh sebab itu, BPS, mengatakan, garis kemiskinan Bank Dunia lebih cocok digunakan sebagai perbandingan antar-negara bukan untuk mengukur kebutuhan dasar masyarakat Indonesia.
BPS-pun merancang sendiri Garis Kemiskinan Nasional yang dirasa cocok untuk mengukur standar hidup masyarakat Indonesia dalam menghitung kemiskinan.
BPS, menggunakan, konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar.
Kebutuhan dasar tersebut dibagi menjadi 2 (dua) kategori, antara lain: komoditi makanan dan komoditi bukan makanan.
Komoditi Makanan • BPS memakai standar kebutuhan gizi versi Kementerian Kesehatan, yaitu; minimum 2.100 kilokalori (kkal) per-kapita per-hari.
BPS-pun menggunakan 52 jenis komoditi makanan untuk menentukan kebutuhan 2.100 kkal tersebut, seperti; beras, kue basah, hingga rokok kretek filter.
Komoditi Bukan Makanan • BPS menggunakan 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan yang dirasa diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti; perumahan, listrik, hingga pajak kendaraan motor.
BPS-pun mengkalkulasi garis kemiskinan sesuai nilai pengeluaran masyarakat untuk membeli komoditi-komoditi makanan dan bukan makanan tersebut.
Kalkulasi garis kemiskinan tersebut dilakukan lewat Susenas yang diadakan 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu; pada Maret dan September.
Hasilnya, berdasarkan Susenas September 2024, didapati ambang batas Garis Kemiskinan Nasional senilai IDR 595.243 per-orang per-bulan.
pada saat yang sama, BPS mencatat rata-rata satu rumah tangga miskin di Indonesia memiliki 4,71 anggota rumah tangga sehingga Garis Kemiskinan Nasional sebesar IDR 2.803.590 per-rumah tangga miskin per-bulan.
BPS, menggarisbawahi, Garis Kemiskinan Nasional tersebut merupakan hasil perhitungan total semua wilayah Indonesia, sehingga kurang cocok digunakan secara spesifik.
BPS, mengatakan, Garis Kemiskinan berbeda untuk setiap provinsi—yang kemudian di bagi lagi berdasarkan wilayah perkotaan, dan pedesaan.
misalnya; ambang batas garis kemiskinan di Jawa Tengah 'hanya' IDR 521.093 per-orang per-bulan /atau IDR 2.318.864 per-rumah tangga per-bulan.
sementara di Jakarta senilai IDR 846.085 per-kapita per-bulan • sedangkan di Papua Pegunungan sebesar IDR 1.079.160 per-kapita per-bulan /atau IDR 3.841.810 per-rumah tangga per-bulan.
dengan demikian, seorang penduduk Papua Pegunungan yang pengeluarannya sebesar IDR 900.000 per-bulan tetap tergolong miskin meski pengeluarannya berada di atas Garis Kemiskinan Nasional.
namun, tetap berada di bawah Garis Kemiskinan Provinsi.
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Statisitik,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: World Bank, BPS RI,
| Penerbit: Kupang TIMES