Edisi: 1.148
Halaman 2
Integritas |Independen |Kredibel
KUPANG TIMES - Kerusuhan Mei 1998 adalah peristiwa kelam bagi bangsa Indonesia, pelanggaran HAM secara besar-besaran terjadi waktu itu.
ini adalah peristiwa menjelang reformasi.
Mei 1998 tercatat sebagai salah satu bulan paling kelam dan pilu, dalam sejarah bangsa Indonesia.
mulai dari gelombang protes hingga kekerasan, yang mengguncang seluruh negeri dan menjadi awal runtuhnya rezim Orde Baru.
4 (empat) peristiwa besar menjelang reformasi 1998, yaitu; Peristiwa Gejayan • Tragedi Trisakti • Penjarahan dan Sentimen terhadap Etnis Tionghoa dan kerusuhan 12–15 Mei 1998.
Berikut, rangkuman mengenang 27 tahun reformasi, antara lain:
1. Peristiwa Gejayan,
mengacu pada laman UNY.ac.id, krisis moneter yang melanda Indonesia sejak 1997 tidak kunjung membaik pada awal 1998.
Hal tersebut, memicu gerakan mahasiswa yang semakin terorganisir dan mendapat dukungan dari tokoh intelektual kritis.
di Yogyakarta, semangat itu mewujud dalam Peristiwa Gejayan pada 8 Mei 1998.
Ribuan mahasiswa dari berbagai universitas, termasuk UGM, IST Akprind, STTNAS, UKDW, USD, dan IKIP Negeri, menggelar unjuk rasa menuntut reformasi dan menolak Soeharto kembali berkuasa.
Demonstrasi yang awalnya berlangsung tertib, berubah menjadi bentrok berdarah, ketika aparat membubarkan massa dengan kekerasan.
Panzer air, gas air mata, dan pukulan brutal aparat mewarnai pertigaan Jalan Gejayan dan Jalan Colombo.
bahkan pedagang kaki lima dan warga sekitar pun menjadi korban.
aparat dilaporkan mengejar mahasiswa hingga ke dalam kampus, merusak fasilitas, dan menimbulkan ketakutan.
akibat bentrokan tersebut, ratusan orang terluka, dan seorang mahasiswa, Moses Gatutkaca, meninggal dunia.
2. Tragedi Trisakti,
empat hari setelah peristiwa Gejayan, tragedi lebih besar terjadi di Jakarta.
pada 12 Mei 1998, mahasiswa Universitas Trisakti menggelar aksi damai menuntut Presiden Ke-2 RI, Soeharto mundur dari jabatannya.
Aksi tersebut, merupakan, bagian dari gelombang demonstrasi yang melanda berbagai daerah.
Namun, saat mahasiswa mundur ke dalam kampus setelah dicegat aparat, tembakan dilepaskan ke arah mereka.
Empat mahasiswa Trisakti gugur, yaitu; Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie, akibat tembakan di bagian vital tubuh mereka serta puluhan mahasiswa lainnya luka-luka.
Tragedi Trisakti menjadi titik balik perjuangan reformasi, menyulut kemarahan rakyat secara luas, dan mempertebal tekad untuk menjatuhkan rezim yang telah berkuasa lebih dari tiga dekade.
3. Penjarahan dan Sentimen terhadap Etnis Tionghoa,
Kerusuhan Mei 1998 tidak hanya berisi tuntutan politik, tetapi juga menyimpan luka mendalam akibat kekerasan berbasis etnis.
Etnis Tionghoa menjadi sasaran amuk massa yang terprovokasi oleh sentimen rasial dan politik.
sejak 13 Mei, terjadi penjarahan, pembakaran toko dan rumah milik warga keturunan Tionghoa di berbagai kota besar, seperti; Jakarta, Medan, dan Solo.
bahkan, laporan berbagai lembaga menyebutkan adanya kekerasan seksual terhadap perempuan Tionghoa, yang hingga kini masih menjadi luka kolektif tanpa penyelesaian hukum yang memadai.
Peristiwa tersebut, menunjukkan bahwa; krisis politik dan ekonomi juga membuka celah bagi kekerasan identitas yang terpendam di masyarakat.
4. Kerusuhan Mei 1998,
Kerusuhan nasional mulai meluas pada 13 Mei 1998, sehari setelah Tragedi Trisakti.
Aksi protes berubah menjadi amuk massa di berbagai wilayah.
di Jakarta, puluhan pusat perbelanjaan dibakar, ratusan kendaraan hancur, dan ribuan toko dijarah.
Data menunjukkan bahwa; lebih dari 1.000 orang tewas, sebagian besar karena terjebak dalam gedung yang terbakar.
Infrastruktur hancur, dan ketakutan menyelimuti masyarakat. Ibu kota lumpuh, dan pemerintah kehilangan kontrol.
Gelombang demonstrasi dan kekacauan akhirnya memaksa Soeharto mundur pada 21 Mei 1998.
Kerusuhan ini bukan sekadar ledakan kemarahan rakyat atas krisis ekonomi dan politik, tetapi juga menjadi momen sejarah yang menandai berakhirnya era Orde Baru dan lahirnya era Reformasi.
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Sejarah, Sosial, Hukum,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: UNY.ac.id, TCO, Reuters,
| Penerbit: Kupang TIMES