BEDA Data BPOM RI dan BGN soal Kasus Keracunan MBG.! Kok Bisa.?

Edisi: 1.192
Halaman 2
Integritas |Independen |Kredibel

      Potret: KT|Properti

JAKARTA, KUPANG TIMES - 'Kepala BPOM, Taruna Ikrar menjelaskan, 17% kasus yang telah terkonfirmasi keracunan MBG disebabkan paparan bakteri.'

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) melaporkan hingga 30 September 2025, jumlah korban kejadian luar biasa (KLB) keracunan dalam proyek makan bergizi gratis atau MBG sebanyak 9.089 orang. 

Korban keracunan MBG tersebut, tersebar di 83 kabupaten/kota di 28 provinsi di Indonesia.

Kepala BPOM RI, Taruna Ikrar, menjelaskan, 17% kasus yang telah terkonfirmasi dari pemeriksaan laboratorium itu disebabkan paparan bakteri, yakni; Staphylococcus aureus, Bacillus cereus dan Salmonella sp. • sisanya; sekitar 83% yang belum terkonfirmasi, juga diduga disebabkan paparan bakteri Staphylococcus aureus, Bacillus cereus, Salmonella, Escherichia coli, Clostridium perfringens, hingga paparan kimia berupa histamin.

“tentu ini menjadi pembelajaran,

prinsip kami, bukan pangan kalau tidak aman."|Taruna (Kepala BPOM RI) dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR-RI, di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu, (01/10/25) 

Taruna, mengungkap, terdapat 3 (tiga) hal utama yang patut diperhatikan sebagai penyebab keracunan pangan. 

PERTAMA • adanya kontaminasi silang dari bahan mentah, lingkungan, ataupun penjamah pangan selama pengolahan pangan. 

“Itu kalau kita sudah tahu masalahnya kan kita bisa selesaikan atau bisa mencegah."|Taruna (Kepala BPOM RI) 

KEDUA • terjadinya pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri akibat ketidaksesuaian suhu dan waktu serta kondisi dan pengolahan pangan. 

Taruna menyoroti ada beberapa kasus dalam pelaksanaan MBG yang melibatkan cara penyimpanan dan penyajian yang tidak tepat.

KETIGA • kegagalan pengendalian keamanan pangan, mulai dari higiene, sanitasi hingga pengendalian suhu, penanganan pangan, dan pengawasan bahan baku.

Sementara itu, dalam rapat yang sama, Badan Gizi Nasional (BGN) menyampaikan data yang lebih kecil. 

BGN mencatat ada 6.517 orang penerima manfaat MBG yang mengalami keracunan. 

angka tersebut, berdasarkan data sejak proyek MBG diluncurkan pada Januari 2025 hingga 30 September 2025. 

temuan kasus keracunan MBG meningkat pada dua bulan terakhir.

Penjelasan BGN, 

Kepala BGN, Dadan Hindayana, mengatakan, mayoritas kasus keracunan terjadi karena dapur MBG alias satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) tidak memenuhi prosedur operasional standar yang sudah ditetapkan. 

“terlihat sebaran kasus terjadinya gangguan pencernaan atau kasus di SPPG dari 6 Januari sampai 31 Juli itu tercatat ada kurang lebih 24 kasus kejadian, sementara dari 1 Agustus sampai malam tadi itu ada 51 kasus kejadian."|Dadan (Kepala BGN) 

Dadan, menerangkan, keracunan MBG disebabkan karena SPPG tak menjalankan SOP yang ditetapkan oleh BGN. 

"Kami bisa identifikasi bahwa; kejadian itu rata-rata karena SOP yang ditetapkan tidak dipatuhi dengan saksama."|Dadan (Kepala BGN) 

Ahli Serangga itu, mencontohkan, banyak dapur yang membeli bahan baku 4 (empat) hari sebelum makanan dibagikan. 

Padahal dapur seharusnya memilih bahan baku dua hari sebelumnya. 

lalu, soal jangka waktu proses masak hingga pengiriman atau pembagian makanan yang semestinya tidak lebih dari 6 (enam) jam. 

BGN, justru menemukan dapur memasak 12 jam sebelum proses pengiriman.

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.

Informasi Artikel:

| Konteks: Politik, Kesehatan, 

| Penulis: W.J.B

| Sumber: BPOM RI, BGN, Komisi IX DPR-RI, 

| Penerbit: Kupang TIMES

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®