TOLAK LUPA: 'Hoegeng Iman Santoso, KAPOLRI yang Berintegritas Tinggi dan Sederhana.!' ini bukan Dongeng..

Edisi: 1.175
Halaman 1
Integritas |Independen |Kredibel

      Potret: WP|Properti

KUPANG TIMES - pada tanggal 2 Oktober 1971, Presiden Soeharto, resmi memberhentikan Hoegeng lebih cepat dari masa Periode Jabatannya. 

dalam sejarah POLRI, terdapat satu Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) yang terkenal hingga hari ini, yakni; Kapolri Ke-5, Hoegeng Iman Santoso. 

Namun, Hoegeng tidak lama mengemban Jabatan Kapolri. 

Sosok penuh Integritas, 

Jenderal Hoegeng, merupakan, sosok yang dikenal karena integritasnya. 

Karakternya yang Tegas dan Teguh menjaga Kehormatan Institusi POLRI, yang terukir dalam Guyonan Presiden Ke-4 RI, Abdurrahman Wahid /alias Gus Dur.

dalam diskusi di Bentara Budaya Jakarta, Gus Dur, mengatakan, "hanya ada tiga Polisi Jujur di Indonesia: Polisi Tidur, Patung Polisi dan Jenderal Hoegeng."

dan guyonan Gus Dur tersebut, selalu dipakai warganet +62 ketika berurusan dengan Aparat Kepolisian. 

mengutip Harian Kompas, Gus Dur saat itu sedang menyinggung upaya Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi pasca-Reformasi 1998. 

apalagi, POLRI menjadi salah satu institusi yang diharapkan segera berbenah untuk menghadirkan citra yang lebih baik di masyarakat.

lalu seperti apa sosok Hoegeng, hingga begitu membekas dalam benak seorang Gus Dur.? 

sepenggal Kisah Kejujuran Hoegeng ditulis dengan baik oleh sejarawan Asvi Warman Adam di Harian Kompas pada 1 Juli 2004, yang bertepatan dengan Hari Bhayangkara. 

Asvi menulis, Integritas Hoegeng didapat sebagai bentuk penghormatan untuk sang ayah, yaitu; Sukario Hatmodjo, kepala kejaksaan di Pekalongan. 

Hoegeng yang memiliki nama lahir Iman Santoso ini mengagumi sang ayah yang bersama dua rekannya menjadi Trio Penegak Hukum di Kota itu. 

dua orang lainnya adalah Kepala Polisi Ating Natadikusumah dan Ketua Pengadilan Soeprapto.

secara khusus, Hoegeng kecil, yang kerap dipanggil bugel (gemuk) dan lama-kelamaan berubah menjadi "bugeng" hingga menjadi "hugeng," mengagumi Ating yang gagah dan suka menolong orang. 

Kekaguman tersebut membawa Hoegeng menjadi Polisi. 

setelah lulus PTIK pada 1952, Hoegeng ditempatkan di Jawa Timur. 

dari Jawa Timur, Hoegeng dipindahkan ke Sumatera Utara, disana, Integritas Hoegeng diuji, saat dirinya menjabat Kepala Reskrim. 

Hoegeng diberikan oleh cukong Judi, fasilitas, seperti; rumah pribadi, perabot rumah dan mobil, untuk mendukung dan memenuhi kebutuhannya. 

semua fasilitas tersebut ditolak Hoegeng.

Hoegeng lebih memilih tinggal di hotel hingga kemudian dirinya mendapat rumah dinas. 

setelah mendapat rumah dinas, Hoegeng menolak rumah dinas tersebut, diisi dengan segala macam perabot pemberian cukong, yang dianggapnya sebagai bentuk suap.

saat para cukong tidak mau menerima pengembalian perabot tersebut, Hoegeng tetap mengeluarkannya dari rumah dinas dan menaruhnya di pinggir jalan. 

usai bertugas di Medan, Hoegeng ditempatkan di Jakarta.

menanti fasilitas rumah dinas, Perwira Polisi itu rela tinggal di garasi rumah mertuanya di Menteng.

Diberhentikan oleh Presiden Soeharto, 

pada 5 Mei 1968, Hoegeng diangkat menjadi Kepala Kepolisian Negara menggantikan Soetjipto Joedodihardjo. 

Namun, tiga tahun kemudian Hoegeng mengakhiri masa Jabatannya.

pada 2 Oktober 1971, Presiden Soeharto memberhentikan Hoegeng lebih cepat dari pada masa Periode Jabatannya.

dilansir dari Majalah Tempo Edisi Sabtu, (14/08/2021) Hoegeng dipaksa pensiun oleh Soeharto, karena membongkar kasus penyelundupan mobil oleh pengusaha Robby Tjahjadi.

meski sebelum menjadi Kapolri Hoegeng sempat mengemban Jabatan Tinggi dan Elite, Keuangannya pas-pasan. 

Ketika dipaksa Pensiun ini, Hoegeng harus mengembalikan semua Inventaris Kepolisian, seperti; mobil dan rumah.

dengan keuangan pas-pasan, Hoegeng tidak mampu membeli rumah ataupun sepetak tanah setelah dirinya dipaksa Pensiun. 

Mohamad Hasan, Kapolri pengganti Hoegeng, kemudian berinisiatif untuk memberikan pinjaman rumah di Jalan Muhammad Yamin untuk Hoegeng dan Keluarganya. 

sejumlah Kepala Kepolisian Daerah pun patungan untuk membelikan Hoegeng sebuah Mobil.

Menjadi Pelukis, Pengisi Radio dan Vokalis, 

Kebutuhan Ekonomi Hoegeng setelah pensiun akhirnya ia penuhi dengan melukis, mengisi siaran dialog di Elshinta dan vokalis sekaligus Pemain alat musik Ukulele di Grup Hawaiian Seniors. 

siaran dialog tersebut bernama Little Thing Mean a Lot, yang digagas Hoegeng sendiri. 

siaran tersebut, berisi obrolan santai dengan semua kalangan mengenai kehidupan sehari-hari dan mendapatkan banyak pendengar. 

Grup musiknya pun semakin terkenal setelah menjadi acara musik rutin di TVRI. 

Namun, Hoegeng lagi-lagi harus merasakan susah ketika dirinya masuk daftar 50 orang yang menandatangani Petisi 50 pada 5 Mei 1980.

Petisi tersebut, tertulis; ungkapan keprihatinan sejumlah tokoh terhadap penggunaan Pancasila oleh Soeharto untuk menyerang lawan politiknya. 

Siaran dialog milik Hoegeng akhirnya diberhentikan tanpa alasan jelas. 

Nasib sama juga menimpa acara musiknya di TVRI.

akhirnya, Hoegeng harus memenuhi kebutuhan sehari-harinya dengan menjual lukisan. 

dalam sebulan, Hoegeng dapat melukis hingga empat lukisan dan mampu membiayai sekolah anaknya dari sana.

cukup tahu • di hari tuanya, Hoegeng pernah ditanya oleh cucunya, kenapa eyang tidak menulis nama lengkap eyang (Baju Dinas dan Surat Dinas semasa aktif) 

Hoegeng menjawab pertanyaan cucunya, eyang akan menulis nama lengkap ketika eyang sudah memenuhi seluruh tugas dan kewajiban eyang (abdi negara, ayah dan eyang) 


Jenderal Hoegeng Tutup Usia, 

pada 14 Juli 2004, Indonesia melepas Putra terbaik Bangsa dengan tutup usianya Kapolri Ke-5 RI, Jenderal (Purn) Polisi Hoegeng Iman Santoso. 

dilansir dari arsip Harian Kompas, baru 30 menit berlalu pada Rabu, 14 Juli 2004 itu, Jenderal Hoegeng mengembuskan nafas terakhir pada usia 83 tahun.

Hoegeng meninggal dunia, setelah berjuang melawan stroke yang sudah lama dideritanya. 

Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur menjadi tempat Polisi yang dikenal Jujur dan Sederhana itu menutup mata.

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.

Informasi Artikel:

| Konteks: Sejarah, 

| Penulis: W.J.B

| Sumber: Majalah TEMPO, Kompas, Asvi Warman Adam (Penulis) 

| Penerbit: Kupang TIMES

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®