Edisi: 1.212
Halaman 5
Integritas |Independen |Kredibel
KUPANG TIMES - 55 Juta Tahun yang lalu, spesies Badak Putih Utara /atau Ceratotherium Simum Cottoni, tercipta, sebagai salah satu mamalia paling megah yang pernah menghuni bumi.
Badak Putih Utara, salah satu hewan yang mampu bertahan dalam berbagai perubahan iklim ekstrem • zaman es • hantaman meteorit dan segala bentuk gempa bumi.
saat ini, nasib Badak Putih Utara tergantung pada seutas benang yang sangat tipis.
'Sudan' Badak Putih Utara berjenis kelamin Jantan terakhir yang masih hidup di dunia, dinyatakan meninggal di usia 45 Tahun.
Sudan meninggal di Ol Pejeta Conservancy, Kenya, Senin, 19 Maret 2018.
Kesehatan Sudan menurun pada awal bulan Maret setelah mengalami serangkaian infeksi organ tubuh.
tim Dokter spesialis bekerja keras sepanjang waktu untuk menyelamatkannya, tetapi kesehatan Sudan terus memburuk secara signifikan dalam 24 jam terakhir dan Sudan tidak dapat berdiri, menurut siaran pers dari Ol Pejeta Conservancy dan kelompok konservasi Wild-Aid yang berbasis di AS.
melihat penderitaan badak putih tersebut, tim dokter hewan dari Kebun Binatang Dvůr Králové yang berbasis di Republik Ceko, Ol Pejeta dan Dinas Margasatwa Kenya memutuskan untuk melakukan eutanasia.
Sudan tinggal di Ol Pejeta bersama dua badak putih utara betina tua — putrinya; Najin dan putrinya; Fatu — di bawah pengawasan bersenjata selama 24 jam.
Kedua badak betina tersebut, kini menjadi Badak Putih Utara terakhir di bumi, yang diketahui dari subspesies yang dulunya memiliki jangkauan luas ini.
"Kami di Ol Pejeta berduka cita atas kematian Sudan,
dia adalah badak yang luar biasa, duta yang hebat bagi spesiesnya dan akan dikenang atas jasanya dalam meningkatkan kesadaran global akan penderitaan yang tidak hanya dihadapi badak, tetapi juga ribuan spesies lain yang terancam punah akibat aktivitas manusia yang tidak berkelanjutan,
Kelak, kematiannya diharapkan akan menjadi momen penting bagi para konservasionis di seluruh dunia."|Richard Vigne (CEO Ol Pejeta Conservancy) dalam pernyataan resmi.
satu-satunya harapan bagi subspesies tersebut adalah pengembangan teknik reproduksi buatan, seperti; fertilisasi in vitro (IVF), ucap para ahli dari Ol Pejeta Conservancy dan Kebun Binatang Dvůr Králové bermitra dengan Institut Leibniz untuk Penelitian Kebun Binatang dan Satwa Liar yang berbasis di Berlin; Avantea, sebuah laboratorium medis di Cremona, Italia, yang mengkhususkan diri dalam IVF; dan Dinas Margasatwa Kenya untuk melaksanakan prosedur IVF pertama.
Prosedur tersebut, melibatkan, pengambilan sel telur secara aman dari dua badak betina yang tersisa, pembuahan sel telur tersebut dengan sampel semen yang disimpan dari badak putih utara jantan yang kini telah mati dan memasukkan embrio yang dihasilkan ke dalam badak putih selatan betina yang akan bertindak sebagai ibu pengganti.
Prosedur ini dapat menelan biaya hingga USD 9 Juta.
"hal ini belum pernah dilakukan sebelumnya pada badak, dan bukannya tanpa risiko,
Namun, inilah harapan untuk melestarikan seluruh subspesies."|siaran pers Ol Pejeta Conservancy
Badak Putih Utara pernah ditemukan di Uganda, Republik Afrika Tengah, Sudan, Chad dan Republik Demokratik Kongo.
Namun, perburuan liar yang intensif untuk memenuhi permintaan cula badak di Tiongkok dan negara-negara Asia lainnya memusnahkan sebagian besar populasinya, hanya menyisakan 20 hingga 30 ekor badak pada tahun 1990-an dan awal 2000-an.
Pada tahun 2008, para konservasionis menganggap subspesies ini telah punah di alam liar.
Spesies badak lainnya juga terancam punah akibat perburuan liar dan hilangnya habitat.
misalnya; hanya sekitar 30 badak Sumatra dan sekitar 60 badak Jawa, yang diperkirakan masih hidup di alam liar.
"Kita hanya bisa berharap dunia belajar dari kehilangan Sudan yang menyedihkan dan mengambil segala langkah untuk mengakhiri perdagangan cula badak,
meskipun harga cula badak sedang turun di Tiongkok dan Vietnam,
namun, perburuan cula masih mengancam semua spesies badak."|Peter Knights (CEO Wild-Aid)
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Flora-Fauna, Sains,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: Ol Pejeta Conservancy, National Geographic, Wild-Aid,
| Penerbit: Kupang TIMES