Edisi: 1.215
Halaman 3
Integritas |Independen |Kredibel
KUPANG TIMES - 31 Oktober 1517, Martin Luther, berdiri menentang Praktik Indulgensi dan Penyimpangan Gereja.
dengan berani, Luther menancapkan 95 dalil di Pintu Gereja Wittenberg, Jerman, bukan karena benci kepada Gereja, tetapi karena cinta yang mendalam, agar Gereja kembali kepada Firman Tuhan.
Karena Keberanian itu, Luther dikucilkan, dihujat, bahkan terancam nyawa. • tapi rencana Tuhan tidak pernah gagal. • melalui pertolongan-Nya, para Reformator berhasil memurnikan Gereja dan melahirkan apa yang kini kita kenal sebagai Gereja Protestan.
dari sinilah lahir 5 (lima) Sola, antara lain: Sola Scriptura [Hanya oleh Firman] • Sola Fide [Hanya oleh Iman] • Sola Gratia [Hanya oleh Anugerah] • Solus Christus [Hanya Kristus], dan Soli Deo Gloria [Kemuliaan hanya bagi Allah], yang menjadi Fondasi Gereja Protestan, sampai hari ini.
Reformasi tidak hanya mengubah Gereja, tetapi juga Dunia.
Ketika Gereja kembali kepada Firman, Pendidikan Berkembang, Kebebasan Berpikir Dihargai, dan lahirlah Gerakan Ilmu Pengetahuan Modern.
tanpa Reformasi, mungkin kita tidak akan bebas membaca Alkitab, tidak mengenal kebebasan berteologi, bahkan tidak menikmati kemajuan teknologi hasil kerja orang-orang yang dibentuk oleh Protestanisme.
dampak Reformasi tidak berhenti di altar gereja, tapi juga mempengaruhi setiap bidang kehidupan manusia: pendidikan, ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, dan teknologi.
dari semangat Iman yang kembali kepada Allah yang berdaulat dan manusia yang bertanggung jawab di hadapan-Nya, lahirlah etika kerja, rasionalitas, dan semangat kebebasan yang membentuk dunia modern.
Bayangkan jika Luther tidak pernah memakukan 95 dalilnya. • Bayangkan jika Calvin tidak menulis Institutio. • Bayangkan jika para reformator menyerah pada tekanan dan aniaya. • Dunia mungkin akan tetap ada dalam kegelapan rohani dan kebodohan intelektual.
Reformasi menanamkan pandangan bahwa; seluruh bidang kehidupan adalah panggilan (vocation), bukan hanya Pelayanan di Gereja, tetapi juga Kerja, Sains, Seni, dan Politik.
Inilah yang disebut Max Weber sebagai the Protestant work ethic (etika kerja Protestan), yang melahirkan disiplin, kejujuran, dan kerja keras demi kemuliaan Allah.
semangat Reformasi lahirkan tokoh-tokoh besar, yang telah mengubah dunia dalam berbagai bidang.
di bidang Ilmu Pengetahuan • Johannes Kepler (1571-1630), seorang Lutheran, menemukan Hukum Pergerakan Planet (Kepler’s Laws), yang menjadi dasar astronomi modern.
Kepler, mengatakan, menyelidiki alam adalah cara membaca pikiran Allah, sehingga dirinya menulis: “saya berpikir, Tuhan membuat dunia menurut Bilangan, Ukuran, dan Berat” [William H. McNeill, A History of the Human Community, 1954, hlm. 214]. • semangat Iman Protestan mendorongnya memuliakan Tuhan melalui Keteraturan Hukum Alam.
selanjutnya, Isaac Newton (1643-1727), yang dibesarkan dalam tradisi Puritan, menemukan Hukum Gravitasi, merumuskan hukum gerak, dan mengembangkan kalkulus.
Newton menekankan bahwa; alam tunduk pada hukum Allah: “This most beautiful system of the sun, planets, and comets could only proced from the counsel and dominion of an intelligent Being” [James E. Force & Richard H. Popkin, The Books of Nature and Scripture, 1999, hlm. 45]. • Keyakinannya bahwa; ciptaan Tuhan rasional mendorong penelitian ilmiah yang sistematis.
di bidang Elektromagnetisme, Michael Faraday (1791-1867), seorang Calvinis dari Gereja Sandemanian, menemukan prinsip induksi listrik dan elektromagnetisme yang menjadi fondasi teknologi modern.
Faraday menekankan bahwa; seluruh pengetahuan adalah anugerah Tuhan: “Nothing is too wonderful to be true if it be consistent with the laws of nature, and those laws are the laws of God” [Geoffrey N. Cantor, Michael Faraday: Sandemanian and Scientist, 1991, hlm. 88].
Blaise Pascal (1623–1662), seorang ilmuwan dan filsuf Protestan Prancis, menekankan bahwa; iman sejati adalah karya kasih karunia, bukan rasio semata: “The heart has its reasons of which reason knows nothing” [Peter Kreeft, Christianity for Modern Pagans: Pascal’s Pensées, 1993, hlm. 52].
Reformasi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pendidikan.
John Harvard (1607-1638), seorang Puritan Inggris, mendirikan Harvard College untuk melatih hamba Tuhan yang beriman dan rasional [George Marsden, The Soul of the American University, 1994, hlm. 27].
John Knox (1514-1572), reformator Skotlandia, membangun sistem pendidikan nasional berbasis Alkitab, agar setiap anak dapat membaca Firman Tuhan tanpa perantara gereja [Rosalind Mitchison, The Old Poor Law in Scotland, 2002, hlm. 33]. • Spirit Reformasi menekankan bahwa; gereja dan pendidikan adalah tiang utama pembentukan umat Allah.
dalam bidang Sosial dan Moral, William Wilberforce (1759-1833) menjadi teladan iman yang berjuang menghapus perbudakan di Inggris.
William percaya bahwa; Iman yang sejati harus berbuah dalam keadilan sosial: “Christianity is a social religion, and to turn it into a solitary religion is indeed to destroy it” [Eric Metaxas, Amazing Grace: William Wilberforce and the Heroic Campaign to End Slavery, 2007, hlm. 120].
John Locke (1632-1704), seorang filsuf Inggris yang dipengaruhi Puritanisme, mengembangkan konsep kebebasan beragama dan hak asasi manusia modern [Alister E. McGrath, Christian Theology: An Introduction, 2007, hlm. 189].
Abraham Kuyper (1837-1920) menegaskan bahwa; seluruh bidang kehidupan berada di bawah kedaulatan Kristus: “There is not a square inch in the whole domain of our human existence over which Christ, who is Sovereign over all, does not cry: Mine.!” [James D. Bratt, Abraham Kuyper: Modern Calvinist, Christian Democrat, 2013, hlm. 212].
Semangat Reformasi juga melahirkan tokoh-tokoh Misi dan Kemanusiaan yang mengubah dunia secara nyata.
David Livingstone (1813-1873), seorang Presbyterian Skotlandia, menembus pedalaman Afrika untuk memberitakan Injil dan menentang perbudakan [Tim Jeal, Livingstone, 1973, hlm. 95].
Amy Carmichael (1867-1951) menyelamatkan anak-anak dari pelacuran kuil di India sebagai wujud kasih Kristus yang nyata: “You can give without loving, but you cannot love without giving” [Elisabeth Elliot, A Chance to Die: The Life and Legacy of Amy Carmichael, 1987, hlm. 140].
Jean Henri Dunant (1828-1910), Calvinis dari Jenewa, mendirikan Palang Merah Internasional dan Penerima Nobel Perdamaian Pertama, menolong korban perang sebagai tanggung jawab moral berdasarkan iman Protestan [C. Moorehead, Dunant’s Dream: War, Switzerland and the History of the Red Cross, 1998, hlm. 60].
tidak hanya di bidang misi dan sosial, Reformasi juga melahirkan inovator dalam teknologi.
Samuel Morse (1791-1872), dibesarkan oleh orang tua Calvinis di Amerika, menciptakan Telegraf dan kode Morse yang menjadi dasar komunikasi modern [David McCallum, Samuel Morse: His Letters and Journals, 1973, hlm. 88].
James Watt (1736-1819), Presbyterian Skotlandia, mengembangkan mesin uap modern yang menjadi fondasi Revolusi Industri, mendorong kemajuan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat melalui ciptaan Allah [L.T.C. Rolt, James Watt: Engineer, 1982, hlm. 102].
dari ilmu pengetahuan hingga pendidikan, misi, sosial, dan teknologi, tokoh-tokoh ini membuktikan bahwa semangat Reformasi mendorong orang percaya untuk memuliakan Allah dalam seluruh aspek kehidupan, sesuai prinsip Sola Scriptura dan Soli Deo Gloria.
Reformasi bukan hanya gerakan dalam gereja, tetapi kebangunan peradaban. • Tanpa Reformasi, dunia mungkin tidak akan mengenal demokrasi modern, pendidikan universal, kebebasan beragama, dan kemajuan teknologi.
Reformasi bukan hanya peristiwa sejarah, tapi karya Roh Kudus yang terus membarui gereja agar tetap setia kepada Firman.
Luther dan para reformator hanyalah alat di tangan Allah untuk menuntun umat kembali kepada Injil yang murni, Injil tentang anugerah, iman, dan Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat.
Semangat itu harus terus hidup di tengah gereja masa kini. • di zaman ketika kebenaran sering dikaburkan oleh relativisme dan iman tergoda oleh popularitas, gereja dipanggil untuk kembali kepada otoritas Firman Tuhan dan hidup bagi kemuliaan-Nya semata.
Reformasi mengingatkan kita bahwa; pembaruan sejati bukan berasal dari tradisi, tapi dari ketaatan kepada Firman Allah dan karya Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.
Karena itu, panggilan Reformasi tetap relevan: Ecclesia reformata semper reformanda est secundum Verbum Dei [Gereja yang telah direformasi harus senantiasa direformasi menurut Firman Allah].
Reformasi telah membentuk iman, ilmu, dan peradaban.
Kini, tanggung jawab kita adalah menjaga kemurnian Injil, menegakkan keadilan, mengembangkan pengetahuan, dan memuliakan Allah di setiap bidang kehidupan.
Itulah warisan sejati Reformasi, iman yang hidup, akal yang tercerahkan, dan dunia yang diarahkan kembali kepada Allah.
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Sejarah, Religius,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: VanBarts,
| Penerbit: Kupang TIMES
