Dibayangi Tekanan LIKUIDITAS, sejumlah Bank Besar SEGERA Terbitkan OBLIGASI.?

Edisi: 1.178
Halaman 4
Integritas |Independen |Kredibel

      Potret: Kontan|Properti

JAKARTA, KUPANG TIMES - sejumlah bank besar segera menerbitkan obligasi dalam waktu dekat ini. 

aksi korporasi tersebut, dinilai sebagai upaya diversifikasi sumber pendanaan di tengah tekanan likuiditas yang terus membayangi.

dilansir data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio yang mencerminkan likuiditas seperti loan to deposit ratio (LDR) bank per Maret 2025 berada di level 87,95%. 

Ini naik tipis sejak Januari yang angkanya terus bertahan di posisi 87,93% hingga Februari 2025.

sementara itu, data Bank Indonesia (BI) mencatat laju pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) terus melambat. 

per-April 2025 saja, DPK hanya tumbuh 4,4% secara tahunan (YoY). 

di bulan sebelumnya, DPK mampu tumbuh 4,7% YoY. 

Namun, tetap saja, angka tersebut melambat dibandingkan bulan Januari yang dapat tumbuh 5,3% YoY.

dengan kondisi likuiditas demikian, terdapat 5 (lima) bank yang berencana menerbitkan obligasi dalam waktu dekat ini. 

Bank-bank tersebut, antara lain: PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Tbk • PT Bank OCBC NISP Tbk • PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk dan PT Bank Mandiri Taspen. 

Khusus untuk BSI dan BRI, keduanya masing-masing hendak menawarkan obligasi berwawasan lingkungan dan sosial.

masing-masing bank tersebut menarget dana himpunan yang beragam. 

BSI membidik dana sebesar IDR 5 Triliun • OCBC senilai IDR 1,5 Triliun • BRI senilai IDR 5 Triliun dan Mandiri Taspen senilai IDR 1,5 Triliun. 

ada pula yang obligasinya hendak jatuh tempo dalam waktu dekat dan berencana untuk menerbitkan lagi, seperti; PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI).

Pengamat Perbankan sekaligus Praktisi Sistem Pembayaran, Arianto Muditomo, menilai, fenomena maraknya penerbitan obligasi menunjukkan upaya diversifikasi sumber pendanaan untuk memacu ekspansi perbankan. 

selain itu, Arianto, melihat adanya komitmen bank dalam pembiayaan berkelanjutan.

Namun, Arianto, tidak menampik adanya sinyal pengetatan likuiditas. 

“DPK (dana pihak ketiga) tumbuh melambat akibat preferensi masyarakat terhadap instrumen investasi lain, 

sementara kebutuhan pembiayaan terus meningkat."|Arianto (Pengamat Perbankan), dikutip dari Kontan, Rabu, (11/06/25).

Pendapat serupa juga dikatakan Ekonom sekaligus Direktur Segara Research Institute, Piter Abdullah. 

Piter, melihat, bank sedang membutuhkan sumber pendanaan lain di luar DPK. 

Namun, Piter, menekankan, hal tersebut bukan semata penanda ketatnya likuiditas. 

Tingkat suku bunga-lah yang justru jadi indikator utamanya.

Sekretaris Perusahaan BNI, Okki Rushartomo, mengatakan, rencana penerbitan obligasi merupakan upaya BNI untuk mendiversifikasi pendanaan.

BNI punya kewajiban untuk melunasi Obligasi Berwawasan Lingkungan (Green Bond) l Seri A Tahun 2022 senilai IDR 4 Triliun yang jatuh tempo tanggal 21 Juni mendatang.

Untuk melunasinya, BNI mempertimbangkan opsi untuk menerbitkan obligasi baru. 

“Kami juga memiliki opsi pemenuhan dana melalui penerbitan obligasi terutama yang berdampak pada keberlanjutan (ESG)."|Okki (Sek Perusahaan BNI) 

Okki, mengatakan, adapun, dana tersebut selama ini telah digunakan untuk mendukung ekspansi bisnis, refinancing, dan reprofiling pendanaan bank, dengan 70%-nya dialirkan pada proyek yang masuk dalam kategori kegiatan usaha berwawasan lingkungan (KUBL).

Okki, menyebut, ada sebanyak IDR 4,36 Triliun /atau setara 87,26% dana yang telah mengalir. 

Rinciannya, energi terbarukan sebesar IDR 343 Miliar (7,9%) • transportasi ramah lingkungan sebesar IDR 2,31 Triliun (53,1%) • gedung berwawasan lingkungan sebesar IDR 336 Miliar (7,7%) • pengolahan sampah menjadi energi dan manajemen limbah sebesar IDR 569 Miliar (13,1%) dan penggunaan sumber daya alam dan tanah yang berkelanjutan IDR 798 Miliar (18,3%).

Okki, mengatakan, apabila rencana penerbitan obligasi BNI tersebut terealisasi, obligasi hijau perbankan nampaknya akan semakin semarak. 

BSI pun, dalam prospektusnya, hendak menggunakan biaya yang dihimpun untuk membiayai usaha dalam kategori KUBL. 

Sedangkan untuk BRI, dananya akan digunakan untuk membiayai kegiatan usaha berwawasan sosial (KUBS), seperti; akses terhadap layanan esensial, perumahan terjangkau, dan penciptaan lapangan kerja.

Sementara itu, dana yang didapat Bank Mandiri Taspen dan OCBC akan digunakan untuk ekspansi kredit dengan pendanaan dalam jangka panjang.

cukup tahu • Likuiditas adalah konsep penting dalam dunia keuangan yang mengacu pada kemampuan suatu aset untuk dengan cepat dan mudah diubah menjadi uang tunai tanpa mengalami penurunan nilai yang signifikan.

Secara lebih luas, likuiditas juga menggambarkan kemampuan suatu individu atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya pada saat jatuh tempo.

Obligasi adalah surat utang jangka menengah atau jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu pihak, bisa pemerintah, perusahaan, atau institusi lainnya, untuk mendapatkan dana dari investor. 

Singkatnya, ketika Anda membeli obligasi, Anda sebenarnya sedang meminjamkan uang kepada penerbit obligasi tersebut.

Sebagai imbalannya, penerbit obligasi akan membayar bunga (sering disebut "kupon") secara berkala kepada Anda sebagai investor. 

Pada akhir periode yang telah ditentukan (disebut jatuh tempo), penerbit obligasi akan mengembalikan pokok pinjaman atau nilai nominal obligasi yang Anda investasikan.

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.

Informasi Artikel:

| Konteks: Perbankan, 

| Penulis: W.J.B

| Sumber: OJK, BI, BNI, BRI, BSI, OCBC, Mandiri Taspen, 

| Penerbit: Kupang TIMES

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®