'Kasus Keracunan MBG' Ahli Gizi UGM minta Edukasi Keamanan Pangan perlu Diperkuat.!

Edisi: 1.142
Halaman 1
Integritas |Independen |Kredibel

      Potret: Sekneg RI|Properti

KUPANG TIMES - Deretan Kasus Keracunan Makanan akibat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) terjadi di berbagai daerah. 

di Cianjur, puluhan siswa dilarikan ke rumah sakit, usai mengalami gejala pusing, mual, dan muntah setelah menyantap makanan MBG. 

hal serupa juga terjadi di Bombana, Sulawesi Tenggara. 

Kepala Dinas Kesehatan setempat, mengatakan, keracunan massal berasal dari kualitas ayam yang sudah busuk yang terdapat dalam menu MBG. 

sementara itu di Bandung, tercatat 342 siswa mengalami gejala keracunan yang sama. 

beruntungnya tidak ada siswa yang sampai harus dirawat di rumah sakit. 

terbaru di Tasikmalaya, sebanyak 24 siswa menjalani pemeriksaan akibat keracunan makanan, delapan diantaranya harus dirawat inap, dan satu siswa dirujuk ke rumah sakit. 

Kasus-kasus tersebut, menunjukkan, sistem distribusi makanan dalam skala besar memerlukan pengawasan ketat, terutama pada aspek penyimpanan dan kebersihan. 

Perhatian terhadap detail kecil, seperti; suhu penyajian dan sanitasi dapur bisa berdampak besar dalam mencegah kejadian serupa.

menanggapi kasus tersebut, Leiyla Elvizahro, S.Gz., dietisien dari Rumah Sakit Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada, menekankan, pentingnya mengenali tanda-tanda makanan yang sudah basi /atau tidak higienis. 

Leiyla, menjelaskan, makanan basi sering kali dapat dikenali melalui perubahan bau, tekstur, dan warna.

Leiyla, menghimbau, masyarakat membiasakan diri untuk mencium aroma makanan terlebih dahulu sebelum mengonsumsinya. 

Deteksi dini lewat panca indra sering kali cukup untuk mencegah konsumsi makanan yang beresiko. 

“makanan, seperti; nasi, mie, dan lontong yang kaya karbohidrat akan mudah basi, jika disimpan terlalu lama di suhu ruang. 

tanda-tandanya, antara lain: berbau asam, berlendir /atau muncul jamur."|Leiyla (Ahli Gizi) 

Keracunan massal dalam kasus MBG diduga kuat terkait dengan buruknya penanganan makanan, terutama dalam aspek penyimpanan dan distribusi. 

Leiyla, menggarisbawahi, makanan yang disajikan dalam jumlah besar harus memenuhi standar higienitas yang ketat, termasuk pemakaian penutup makanan, penyimpanan di suhu yang tepat, serta kebersihan alat dan tenaga penyaji. 

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah waktu antara proses masak dan konsumsi, semakin lama jedanya, semakin tinggi potensi kontaminasi. 

oleh karena itu, penting bagi panitia penyelenggara acara untuk memastikan distribusi makanan dilakukan secara cepat dan efisien. 

“Kalau makanan disimpan lebih dari empat jam tanpa penghangat atau pendingin, risiko pertumbuhan bakteri akan meningkat drastis."|Leiyla (Ahli Gizi) 

makanan berbahan dasar daging, ikan, dan produk susu menjadi kelompok yang paling rentan. 

tanda-tanda kerusakan pada olahan daging misalnya bisa dikenali dari bau amis menyengat, warna kehijauan, serta tekstur yang berlendir. 

sementara susu yang sudah basi akan menggumpal dan mengeluarkan bau asam tajam. 

Jika dikonsumsi, makanan ini bisa menyebabkan infeksi saluran cerna dan dehidrasi berat. 

Leiyla, mengatakan, bahan pangan hewani harus disimpan di suhu dingin dan dimasak dengan suhu cukup tinggi untuk membunuh bakteri patogen. 

“Kalau sayur dan buah yang busuk dapat dilihat dari bentuknya yang layu, lembek /atau berlendir. 

Kulit buah juga mengkerut serta timbul jamur berwarna putih atau hijau."|Leiyla (Ahli Gizi) 

Leiyla, menekankan, masyarakat perlu waspada terhadap makanan yang disajikan terbuka, dikerumuni lalat /atau ditangani oleh petugas yang tidak menggunakan sarung tangan.

Leiyla, menyarankan, pemerintah lebih selektif memilih tempat makan /atau katering, khususnya untuk kegiatan besar.

Kredibilitas penyedia makanan bisa menjadi indikator awal apakah proses pengolahan mereka mengikuti standar keamanan pangan. 

“Kondisi dapur dan alat masak pun harus menjadi perhatian,

Jangan ragu untuk mempertanyakan kebersihan makanan, apalagi jika dikonsumsi bersama-sama dalam jumlah besar."|Leiyla (Ahli Gizi) 

Leiyla, menjelaskan, sebagai langkah awal, bila terlanjur mengonsumsi makanan yang mencurigakan, masyarakat dihimbau tidak panik, namun, segera mengamati gejala yang muncul. 

Jika mengalami muntah, diare lebih dari tiga kali sehari /atau demam, sebaiknya segera mencari pertolongan medis. 

Leiyla, menyarankan, untuk banyak minum air mineral, guna mencegah dehidrasi dan membantu proses detoksifikasi alami tubuh. 

bila gejala tidak membaik dalam 24 jam, segera periksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan lanjutan. 

“Kita juga bisa mengonsumsi probiotik seperti yoghurt, kefir /atau suplemen untuk membantu menyeimbangkan mikrobiota usus yang terganggu."|Leiyla (Ahli Gizi) 

Kasus Keracunan MBG seharusnya menjadi pembelajaran bersama, bahwa; keamanan makanan bukan sekadar urusan dapur, tapi tanggung jawab semua pihak, terutama dalam kegiatan publik yang melibatkan konsumsi massal. 

Edukasi tentang ciri makanan basi dan pentingnya higienitas sejak dini akan sangat membantu mencegah kejadian serupa di masa depan. 

Pemerintah dan pihak penyedia MBG perlu membuat standar operasional yang jelas mengenai pengadaan makanan. 

“yang paling penting sekarang, justru literasi pangan sehat harus menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat, agar tidak mudah menjadi korban dari kelalaian pihak lain."|Leiyla (Ahli Gizi) 

cukup tahu • ulasan Leiyla Elvizahro, S.Gz. dalam artikel ini merujuk secara spesifik pada konteks tips untuk mengenali ciri makanan basi atau kurang higienis dan cara penanggulangannya jika sudah dikonsumsi. 

Narasumber tidak memberikan komentar /atau pernyataan apa pun yang berkaitan dengan Program Makan Bergizi Gratis (MBG). 

Segala keterkaitan dengan program tersebut sepenuhnya merupakan interpretasi penulis: Triya Andriyani, dan bukan berasal dari narasumber

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.

Informasi Artikel:

| Konteks: Kesehatan, 

| Penulis: T.A.

| Sumber: Rumah Sakit Akademik (RSA) Univ. Gadjah Mada, 

| Penerbit: Kupang TIMES

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®