Edisi: 1.262
Halaman 1
Integritas |Independen |Kredibel
Pembangunan ekonomi daerah kerap dibaca melalui indikator makro: 'pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto, tingkat inflasi atau angka kemiskinan.'
Namun, di Kota Kupang, dinamika ekonomi rakyat justru semakin nyata, ketika dilihat dari ruang-ruang sosial yang hidup—tempat warga berkumpul, berinteraksi, dan membangun relasi ekonomi secara alami.
di sanalah denyut ekonomi kerakyatan menemukan bentuknya yang paling autentik.
Pemerintah Kota Kupang dalam beberapa bulan terakhir menata arah kebijakan pembangunan di tengah efisiensi anggaran dengan menempatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) sebagai aktor strategis.
UMKM tidak hanya dipandang sebagai sektor penyangga ekonomi, tetapi sebagai pilar utama pembangunan inklusif.
Pendekatan seperti ini, sejalan dengan paradigma kebijakan publik modern yang menekankan pertumbuhan berbasis partisipasi, keberlanjutan, dan keadilan sosial.
secara konseptual, UMKM memiliki peran signifikan dalam struktur ekonomi daerah.
UMKM menyerap tenaga kerja, memperkuat daya beli masyarakat, serta menjadi instrumen pemerataan ekonomi.
Namun, tantangan klasik UMKM—terbatasnya akses perizinan, pasar, modal, dan ruang promosi—sering kali menghambat potensi tersebut.
Pemerintah Kota Kupang merespons tantangan ini dengan menyediakan apa yang disebut sebagai “rel khusus” kebijakan: jalur yang mempercepat dan memudahkan UMKM bergerak dalam ekosistem ekonomi formal tanpa kehilangan karakter lokalnya.
Rel kebijakan tersebut, tidak hanya bersifat administratif, tetapi juga sosial dan kultural.
Salah satu instrumen penting adalah Mall Pelayanan Publik (MPP) Kota Kupang.
dalam perspektif kebijakan publik, MPP merepresentasikan reformasi birokrasi berbasis pelayanan terpadu.
MPP menyederhanakan proses, memangkas fragmentasi layanan, dan menurunkan biaya transaksi (transaction cost) bagi pelaku usaha.
bagi UMKM, MPP bukan sekadar tempat mengurus perizinan.
namun, sebagai infrastruktur ekonomi non-fisik yang mempercepat legalitas usaha, memperluas akses layanan lintas sektor, serta membuka peluang integrasi UMKM ke dalam sistem ekonomi yang lebih formal dan berkelanjutan.
dengan satu atap pelayanan, pelaku usaha dapat menghemat waktu, biaya, dan energi—faktor penting dalam meningkatkan produktivitas usaha kecil.
lebih jauh, MPP juga berfungsi sebagai ruang interaksi ekonomi.
Produk-produk UMKM lokal diberi ruang tampil, mempertemukan pelaku usaha dengan masyarakat luas.
dengan demikian, pelayanan publik tidak berhenti pada fungsi administratif, tetapi bertransformasi menjadi instrumen penggerak ekonomi rakyat.
Namun, Kota Kupang tidak hanya bertumpu pada kebijakan layanan.
Pemerintah menyadari bahwa ekonomi rakyat tumbuh paling efektif ketika masyarakat bertemu, berkumpul, dan berinteraksi.
dari perspektif kebijakan publik, ruang publik di sini berfungsi sebagai arena sosial-ekonomi yang memungkinkan terjadinya pertukaran nilai—sosial, budaya, dan ekonomi—secara simultan.
Program seperti: SABOAK, Pagelaran Seni Budaya, dan Car Free Night merupakan contoh konkret pemanfaatan ruang publik sebagai instrumen kebijakan ekonomi inklusif.
Kegiatan-kegiatan ini dirancang tidak semata sebagai hiburan, tetapi sebagai mekanisme penguatan ekonomi lokal berbasis komunitas.
di ruang-ruang tersebut, UMKM kuliner, kriya, fesyen, dan ekonomi kreatif mendapatkan akses langsung ke pasar.
Interaksi antara produsen dan konsumen berlangsung tanpa sekat formal, menciptakan ekonomi yang cair, adaptif, dan partisipatif.
Wali Kota Kupang, dr. Christian Widodo, menegaskan, pendekatan ini berangkat dari prinsip dasar pembangunan manusia.
“Ekonomi akan bertumbuh ketika masyarakat berkumpul. Karena itu, pemerintah yang melayani harus hadir menyediakan ruang-ruang berkumpulnya masyarakat."|dr. Christian Widodo (Wali Kota Kupang)
dalam kerangka tersebut, salah satu contoh yang baru-baru ini dibuka adalah Car Free Night.
Project ini diposisikan sebagai simbol Kota Kupang yang inklusif—sebuah rumah bersama. dan menjadi ruang publik multidimensi: sosial, ekonomi, budaya, dan ekologis.
di Car Free Night, warga dari berbagai latar belakang hadir bersama.
Orang bersilaturahmi, berolahraga, orang tua berjalan santai menikmati malam, anak-anak bebas bermain, keluarga berkumpul dengan bahagia, dan pelaku usaha kecil memperoleh ruang untuk diberdayakan.
Aktivitas ekonomi tumbuh secara organik, tanpa harus dipaksa oleh regulasi yang kaku.
dari sudut pandang lingkungan, Car Free Night juga memberi jeda ekologis.
Pengurangan lalu lintas kendaraan bermotor memberikan ruang bagi kota untuk bernapas sejenak dari emisi karbon.
Kebijakan ini mencerminkan integrasi antara pembangunan ekonomi dan keberlanjutan lingkungan—sebuah prinsip penting dalam tata kelola kota modern.
“di sana waktu terasa melambat sejenak,
memberi ruang bagi kita menikmati jedah dari hiruk-pikuk aktivitas sambil menikmati romantisme Kota Kasih."|dr. Christian Widodo (Wali Kota Kupang)
Apa yang dibangun Kota Kupang menunjukkan bahwa; kebijakan ekonomi tidak selalu harus berskala besar dan teknokratis.
Justru, ketika warga merasa memiliki ruang kota, ekonomi bergerak dengan sendirinya.
Rasa aman, nyaman, dan inklusivitas menciptakan modal sosial—aset tak kasat mata yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan.
dalam konteks ini, ruang publik menjadi katalis pertumbuhan ekonomi berbasis komunitas. Interaksi sosial meningkatkan kepercayaan, memperkuat jejaring, dan pada akhirnya mendorong transaksi ekonomi.
UMKM tidak hanya menjual produk, tetapi juga membangun relasi jangka panjang dengan konsumen.
dengan mengintegrasikan reformasi layanan publik melalui MPP dan penguatan ruang publik produktif seperti SABOAK, Pagelaran Seni Budaya, dan Car Free Night, Kota Kupang menata ekonomi rakyat secara sistemik.
Kebijakan ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi daerah dapat dirancang dari bawah—berangkat dari kebutuhan warga dan kekuatan lokal.
Kupang sedang membangun dirinya sebagai kota yang tidak hanya tumbuh secara ekonomi, tetapi juga matang secara sosial.
sebuah kota yang mengundang warganya untuk hadir, berkumpul, dan bertumbuh bersama.
Karena di Kota Kupang, pembangunan ekonomi bukan sekadar soal angka, melainkan tentang manusia, kebersamaan, dan masa depan yang dibangun sebagai rumah bersama.
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Politik, Sosial, Ekonomi,
| Penulis: Muzes Mecky Widson Panie
|Editor: W.J.B
| Sumber: Muzes Mecky Widson Panie,
| Penerbit: Kupang TIMES


