BERKACA dari 4 (empat) PRINSIP eks Kapolri Jenderal (Purn) HOEGENG Iman Santoso.!

Edisi: 1.164
Halaman 2
Integritas |Independen |Kredibel

      Potret: WP|Properti

KUPANG TIMES - dalam sejarah POLRI, pernah ada satu Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) yang luar biasa, yakni; Kapolri Ke-5, Hoegeng Iman Santoso. 

Kapolri, Jenderal. Hoegeng, dikenal sebagai sosok yang Berintegritas Tinggi; 'Sederhana, Jujur, Tegas, Anti-Korupsi dan Tidak Kompromi, yang menjadi teladan di Institusi POLRI waktu itu.' 

Berikut, 4 (empat) Prinsip Kapolri, Jenderal. Hoegeng, antara lain:

Jenderal. Hoegeng menjabat sebagai Kapolri, pada tahun 1968 hingga 1971.

Kapolri Jenderal. Listyo Sigit Prabowo, memberikan pujian kepada Jenderal (Purn). Hoegeng, yang dianggap sebagai Panutan, karena memegang teguh Prinsip hidupnya. 

dikenal Sederhana, Jujur, Tegas, Anti-Korupsi, Tidak Kompromi, Hoegeng dinilai layak menjadi Teladan bagi seluruh anggota Polri.

Kapolri, Listyo, mengatakan, keteladanan Hoegeng tetap relevan hingga saat ini dan dijadikan acuan dalam Kepemimpinan di tubuh Polri. 

Kapolri, Listyo, menekankan, pentingnya menanamkan nilai-nilai Hoegeng pada setiap anggota Bhayangkara, baik di tingkat pimpinan maupun pelaksana, bahkan bagi masyarakat umum.

“Nilai-nilai yang diteladankan Jenderal Hoegeng menjadi sumber inspirasi, bukan hanya bagi Polri.. tetapi juga bagi masyarakat luas."|Jenderal. Listyo (Kapolri) sebagaimana dimuat di humas.polri.go.id, Selasa, (26/10/21)

Berikut, Prinsip Kejujuran Jenderal (Purn) Hoegeng, yang patut dicontoh oleh anggota Kepolisian hingga Pejabat Negara, antara lain:

1. Tidak Menerima Suap, 

anak Kedua dari Jenderal (Purn) Hoegeng, Aditya Sutanto Hoegeng, menceritakan pengalaman ibunya, Meriyati, yang menerima telepon dari istri mantan Menteri Luar Negeri RI, Roeslan Abdulgani, Sihwati Nawangwulan. 

Sihwati, melaporkan, kehilangan mobil Mercedes Benz miliknya.

namun, pihak Kepolisian belum juga menemukannya.

Meriyati pun menyampaikan keluhan Sihwati kepada Hoegeng. 

Kurang dari satu minggu, mobil tersebut berhasil ditemukan di Sukabumi, Jawa Barat. 

Ketika Hoegeng pulang dari Kantor, Meriyati memberi tahu bahwa; Sihwati telah mengirim kalung emas seberat 5 gram sebagai bentuk terima kasih.

Aditya, yang akrab disapa Didit, mengatakan bahwa; ayahnya langsung menelepon Sihwati untuk mengucapkan terima kasih.

namun, dengan sopan menolak pemberian tersebut. 

“maaf, kalungnya akan kami kembalikan."|Didit (anak) mengutip ayahnya dalam laporan Majalah TEMPO edisi 14 Agustus 2021.

selain itu, Hoegeng juga pernah menolak suap dari seorang pengusaha yang berupaya menghentikan Penyelidikan Kasus Penyelundupan. 

Pengusaha tersebut bahkan mengirimkan hadiah, berupa; berbagai barang ke rumah Hoegeng, namun semuanya ditolak dan dikembalikan.

Ketika ditunjuk sebagai Kepala Jawatan Imigrasi, Hoegeng, meminta, istrinya menutup toko bunga miliknya. 

Hoegeng, tidak ingin ada Potensi Konflik Kepentingan, seperti; pembelian bunga oleh pihak Imigrasi yang bermaksud mencari keuntungan lewat koneksi dengan dirinya.

2. Konsisten Perkataan dan Perbuatan, 

Kapolri Jenderal. Hoegeng, selalu mengingatkan, bahwa; Polisi tidak bisa dibeli. 

sejak menjabat sebagai perwira di Sumatera Utara, Hoegeng dikenal karena sikap Jujur dan Keberaniannya. 

Hoegeng, menolak menerima suap dalam bentuk apa pun, bahkan hadiah dari para penjudi pun langsung disingkirkan dari rumahnya.

salah satu ungkapan terkenalnya; “Menjadi orang penting itu baik.. tapi menjadi orang baik jauh lebih penting.”|Hoegeng (Kapolri) 

3. Tidak Menyalahgunakan Jabatan, 

dikutip dari djpb.kemenkeu.go.id, saat Hoegeng diangkat menjadi Kepala Direktorat Reserse dan Kriminal Polda Sumatera Utara pada 1965.

Hoegeng dan keluarganya menghadapi kejutan besar. 

Karena rumah dinas masih ditempati oleh pejabat sebelumnya, Hoegeng dan keluarganya memilih tinggal sementara di Hotel De Boer.

Namun, saat tiba waktunya untuk menempati rumah dinas, mereka dikejutkan dengan kondisi rumah yang telah diisi berbagai barang mewah. 

Hoegeng, menolak untuk tinggal di sana selama barang-barang tersebut belum dikeluarkan. 

Hoegeng, menegaskan, dirinya hanya akan pindah, jika rumah itu kembali diisi dengan perabotan inventaris resmi kantor.

alasannya jelas, ia dan keluarganya baru saja pindah dan belum mengenal siapa pun di wilayah tersebut, sehingga tak ingin ada kesan buruk sejak awal.

4. Setia terhadap Hukum dan Kebenaran, 

pada awal 1970-an, ganja asal Aceh sedang digandrungi para pemuda Jakarta. 

Kapolri, Jenderal. Hoegeng, awalnya tidak mengetahui bahwa; ganja termasuk dalam kategori tanaman terlarang. 

Hoegeng baru menyadari bahwa; ganja tergolong narkotika setelah menghadiri konferensi Interpol di Eropa pada 1971.

“Saya kira marijuana hanya bumbu yang biasa dipakai orang Aceh dalam gulainya."|Hoegeng (Kapolri) dikutip dari Majalah TEMPO edisi 14 Agutsus 2021: 'Hoegeng Bukan Dongeng.'

setelah kembali ke Indonesia, Hoegeng langsung mengambil langkah tegas dengan menyelidiki penyalahgunaan ganja. 

Hoegeng, mengerahkan anak buahnya ke berbagai wilayah Jakarta untuk mengidentifikasi tempat-tempat para pemuda mengisap ganja.

Hoegeng sendiri juga turun langsung ke lapangan dengan menyamar sebagai anggota komunitas hippies, yang saat itu dikenal dekat dengan penggunaan narkotika. 

Hoegeng, mengenakan wig panjang, kemeja bermotif bunga dan syal di leher untuk mendukung penyamarannya.

dalam aksi tersebut, Hoegeng menemukan ganja diselundupkan lewat tukang rokok. 

Hoegeng bahkan berbaur dengan pemuda-pemuda, berpura-pura ikut mengisap rokok linting dan tampak teler.

dari penyamarannya, Hoegeng menemukan bahwa; sebagian pemuda menggunakan ganja untuk pelarian dari masalah pribadi, sementara sebagian lain hanya ikut-ikutan. 

Hoegeng juga mencatat bahwa; para pengguna berasal dari berbagai latar belakang, termasuk dari keluarga broken home maupun keluarga terpandang.

dalam salah satu penggerebekannya, Hoegeng bahkan menemukan anak seorang menteri sedang mengisap ganja. 

Hoegeng pun menangkap dan melaporkan langsung kepada sang menteri, namun tidak langsung menahan anak itu. 

Hoegeng hanya memperingatkan dengan tegas bahwa; jika tidak ada perubahan perilaku, maka tindakan hukum akan diambil.

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.

Informasi Artikel:

| Konteks: Sejarah, 

| Penulis: W.J.B

| Sumber: Humas POLRI, Majalah TEMPO, djpb.kemenkeu.go.id, 

| Penerbit: Kupang TIMES

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®