Edisi: 1.139
Halaman 5
Integritas |Independen |Kredibel
JAKARTA, KUPANG TIMES - Zainal Arifin Mochtar, merupakan, Dosen Hukum Tata Negara dari UGM.
Zainal, mengawali karir akademisi pada tahun 2014 di Fakultas Hukum UGM, Aktif di berbagai Kegiatan Antikorupsi dan Kerap bersuara Keras terhadap Ketidakadilan terhadap Rakyat Kecil.
dan hari ini, pembaca akan disuguhkan cerita refleksi dari Zainal Arifin Mochtar, berikut ceritanya;
"saya mau bercerita sederhana tentang kebodohan yang ada di saya dan sudah mengakar cukup lama.
PERTAMA • mengenai pesan singkat 'apa kabar' atau-pun yang sejenis.
dalam sehari, ada begitu banyak yang menyapa secara pribadi, belum lagi dari ratusan WA Grup, yang lebih dari 90% tidak berguna dan tidak jelas.
WA Grup sudah jarang saya baca, karena sering kali memaksa scroll terlalu jauh ke-atas untuk baca satu persatu.
ini agak berbahaya, karena kerjaan koordinasi dengan beberapa kolega sering kali di sini.
yang pribadi juga sesekali saya baca, nah.. dan disinilah problemnya.!
seringkali saya sedang membaca dan mencoba memikirkan, mau menjawab seperti apa.? tetapi pikiran saya sudah terbajak oleh: pikiran yang lainnya /atau malah terbajak WA baru yang masuk, tatkala saya sedang jawab yang lama.
Hasilnya, jangan kaget, ada banyak sekali WA yang saya pikir, sudah saya jawab ternyata belum /atau bahkan ada WA yang saya jawab malah kurang nyambung dan yang paling parah, ketika saya jawab suatu WA, nah.. WA berikutnya mau saya jawab lagi, tapi kehilangan konteks yang saya pikirkan.
KEDUA • Mengenai Penilaian Mahasiswa.
Jangan salah, saya cukup unik, untuk menilai Mahasiswa dari begitu banyak aspek.
satu peran kecil, analisis yang keren /atau pernyataan menarik yang ia lontarkan, akan saya catat di otak /atau ditempat tertentu secara sederhana.
masalahnya, catatan kertas itu, seringkali serampangan.
hanya notes gadget, lipatan buku yang sedang saya baca /atau malah potongan notes kecil, nah.. begitu masuk penilaian akhir, kemampuan saya untuk mendapatkan kembali semua catatan itu, ternyata lemah.
Jika, bukan karena sulit ditemukan, ya.. Ketelingsut.
maka, jika ada jeda waktu yang cukup lama, seringkali hilang sudah catatan-catatan itu.
Nah.. saya juga tidak tau, apa itu tanda kebodohan /atau kecerdasan.?
saya tidak punya kemampuan memverifikasi-nya.
mirip, meski tak sama dengan lambang Indonesia Merdeka yang versi 80 Tahun ini.
Katanya dibalik dikit, jadi lain kesannya.!
Kesan saya, akan saya catatkan, kali ini lebih rapih, soal 80 tahun ini.
Beberapa hari lagi (besok), Negara ini akan berusia 80 Tahun.
semoga 17 Agustus nanti, catatan saya itu belum hilang.
Kalau sudah hilang, ya.. mohon dimaklumi."
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Refleksi,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: catatan Zainal Arifin Mochtar,
| Penerbit: Kupang TIMES