Edisi: 1.220
Halaman 1
Integritas |Independen |Kredibel
KUPANG TIMES - Danantara menerima Pinjaman USD 10 Miliar tanpa agunan.
dan itu, berisiko membebani BUMN serta Negara dalam Jangka Panjang.
Jika Anda mengajukan skema kredit tanpa agunan di bank, bersiaplah, anda akan dikenai bunga yang lebih tinggi ketimbang skema pinjaman biasa.
ini adalah praktik wajar, karena bank /atau lembaga keuangan yang memberikan pinjaman akan menghadapi risiko lebih besar, apabila anda selaku peminjam gagal membayar cicilan.
dan, inilah yang terjadi pada Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara /atau Danantara.
dalam rapat bersama Komisi VI DPR-RI, Rabu, (23/07/25) terungkap, Danantara sudah menerima fasilitas pendanaan dari 12 bank asing senilai USD 10 Miliar /atau sekitar IDR 162,8 Triliun.
ini adalah pinjaman tanpa jaminan alias kredit tanpa agunan.
bagi Chief Executive Officer Danantara, Rosan Roeslani, dengan mengucurnya pinjaman tanpa agunan adalah buah dari kepercayaan investor terhadap tata kelola Danantara.
Rosan, mengatakan, kepercayaan investor pada Danantara berasal dari beberapa hal, di antaranya terhadap mekanisme pembayaran pinjaman dengan dividen badan usaha milik negara yang setiap tahun diterima lembaga tersebut.
Pinjaman akan dibayar dengan pendapatan dari investasi serta reinvestasi yang akan dikelola BUMN.
dengan dana raksasa itu, Danantara segera mengerjakan banyak proyek.
dan yang utama adalah restrukturisasi BUMN, yang selama ini "sakit," seperti; PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Proyek lain yang menjadi prioritas adalah penghiliran di sektor energi, perkebunan dan perikanan yang butuh modal besar.
untuk pekerjaan ini, ada 21 proyek pada tahap pertama dengan kebutuhan investasi USD 40 Miliar.
di satu sisi, pinjaman besar ini, seolah-olah tidak memberatkan pemerintah, karena tidak memerlukan Jaminan Negara.
tapi, lagi-lagi, kredit tanpa agunan pasti mempersyaratkan bunga tinggi.
dan, untuk membayarnya, Danantara pasti mengandalkan setoran dividen dari BUMN yang mereka kelola.
inilah risiko yang dikhawatirkan akan membebani BUMN dalam jangka panjang.
salah satu gambaran risiko pada BUMN adalah "paksaan" untuk menyetor dividen lebih banyak dengan cara memperbesar payout ratio atau rasio dividen terhadap laba.
Ketika hal itu terjadi, BUMN tidak bisa memanfaatkan laba mereka untuk berinvestasi /atau menekan layanan publik yang sebenarnya menjadi tugas mereka.
Risiko lain adalah gagal bayar, manakala Danantara tercekik bunga tinggi.
Jika ini terjadi, siapa lagi yang akan menanggung bebannya selain Pemerintah.?
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Politik, Keuangan, Bisnis,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: Danantara, Kementerian BUMN RI, Komisi VI DPR-RI,
| Penerbit: Kupang TIMES