Edisi: 1.176
Halaman 6
Integritas |Independen |Kredibel
KUPANG TIMES - Militer Israel melakukan serangan udara berskala besar yang menargetkan instalasi nuklir Iran.
Agresi Militer Israel menewaskan seorang petinggi Garda Revolusi Iran, Hossein Salami dan sejumlah Ilmuwan Nuklir Iran, Jum'at, (13/06/25).
media-media Iran, IRNA dan Mehr, melaporkan, tewasnya Panglima Garda Revolusi Iran (IRGC) tersebut.
Peneliti senior Middle East Institute di Amerika Serikat, Charles Lister, mengatakan, Mayjen. Mohammed Bagheri juga tewas, dalam serangan udara tersebut.
cukup tahu • Bagheri merupakan Kepala Staf IRGC.
sementara Tasnim News, melaporkan, serangan Militer Israel juga menewaskan Mohammad Mahdi Tehranchi dan Fereydoon Abbasi.
Mereka ilmuwan senior dalam pengembangan nuklir Iran.
Abbasi pernah jadi Kepala Badan Tenaga Atom Iran.
Sementara Tehranchi jadi rektor Universitas Islam Azad.
sebelumnya, Militer Israel telah berulang kali membunuh para petinggi IRGC dan ilmuwan nuklir Iran.
pada Juni dan April 2024, Militer Israel menewaskan Mayjen. Mohammad Reza Zahedi • Brigjen. Hadi Haj Rahimi dan Mayjen. Said Abiyar di Suriah.
serangan November 2020 di Teheran, Militer Israel, menewaskan, Mohzen Fahrizadeh yang merupakan ilmuwan senior pada pengembangan nuklir Iran.
Kini, lewat serangan Jum'at dini hari, Militer Israel kembali menewaskan lagi Jenderal dan Pakar Nuklir Iran.
Serangan Militer tersebut, terimbas ke permukiman sipil dan sejumlah fasilitas lain.
dalam foto dan video dari lokasi serangan, terlihat rumah susun dan rumah tapak rusak berat dan temboknya runtuh sebagian.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengakui, Militer Israel menyerang sejumlah rumah yang merupakan kediaman para petinggi militer Iran di Teheran, ibu kota Iran.
selain permukiman di Teheran, Militer Israel juga menyasar sejumlah lokasi di beberapa provinsi lain.
di Isfahan, pusat pengembangan nuklir Iran, terdengar sejumlah ledakan.
Reaktor nuklir Natanz juga dilaporkan disasar Militer Israel.
Kantor berita Iran, IRNA, melaporkan, suara ledakan dan gemuruh terdengar di dalam kota Teheran dan sekitarnya.
Belum ada laporan kerusakan atau korban jiwa akibat serangan tersebut.
Serangan Militer Israel terjadi tidak lama setelah Presiden AS Donald Trump, mengatakan bahwa; militer Israel akan menyerang Iran.
Presiden AS, Donald Trump tidak menjelaskan secara spesifik, terkait rencana serangan tersebut.
Presiden AS, Donald Trump, mengatakan, AS tetap menginginkan jalur diplomatik untuk menegosiasikan penghentian program pengayaan uranium Iran, alih-alih menggunakan jalur militer.
”Kami tetap berkomitmen pada resolusi diplomatik untuk masalah nuklir Iran,
seluruh pemerintahan saya telah diarahkan untuk berunding dengan Iran,
mereka bisa menjadi negara besar, tetapi mereka pertama-tama harus benar-benar melepaskan harapan untuk memperoleh senjata nuklir."|Trump (Presiden AS), di platform Truth Social miliknya.
Militer Israel menyerang Iran di tengah kebuntuan perundingan AS-Iran.
Putaran enam perundingan dijadwalkan berlangsung pada hari Minggu, (15/06/25) di Oman.
Para pihak menegaskan posisi masing-masing tidak berubah.
AS menuntut Iran menghentikan program pengayaan uraniumnya.
di sisi lain, AS juga terus menjatuhkan sanksi terhadap pemerintah Iran dan menekan sejumlah entitas bisnis Teheran.
Sementara Iran bersikeras tetap melakukan pengayaan uranium.
Iran menegaskan itu adalah hak sebagai negara berdaulat.
Iran mengatakan, negara lain juga mengembangkan senjata nuklir, bahkan, Israel, sama sekali tidak ada pengawasan dari pihak mana pun.
Israel, seperti halnya AS, tidak menginginkan Iran memiliki kemampuan nuklir.
dalam wawancara dengan stasiun televisi Israel Channel 14 pada akhir November 2024, PM Israel, Benjamin Netanyahu menegaskan hal itu.
”Saya akan melakukan segalanya untuk mencegahnya (Iran) menjadi (kekuatan) nuklir,
Saya akan menggunakan semua sumber daya yang dapat digunakan."|Netanyahu (PM Israel)
Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mengatakan, Iran akan tetap melanjutkan pengayaan uraniumnya.
”Pengetahuan nuklir Iran berakar kuat dan tidak dapat dihilangkan dengan tindakan militer,
bahkan, jika mereka mengebom fasilitas kami, kemampuan kami ada di pikiran kami,
Apa pun yang mereka hancurkan, kami akan membangunnya kembali."|Pezeshkian (Presiden Iran)
Sendirian,
Serangan pendahuluan diduga dilakukan sendirian oleh Militer Israel.
Sejumlah media AS melaporkan, Pemerintah AS tidak akan berpartisipasi dalam serangan itu.
Koran The Wall Street Journal, melaporkan, Pemerintah AS telah memindahkan sejumlah aset militernya keluar dari Timur Tengah dan sekitar Iran.
AS dilaporkan telah menarik salah satu dari dua kapal induknya.
Selain itu, AS menarik pesawat pengebom B-2.
Sejak Rabu, (11/06/25), AS memerintahkan mayoritas warga sipilnya meninggalkan wilayah sekitar Iran, kecuali diplomat AS.
selain itu, Washington telah memerintahkan sejumlah stafnya meninggalkan kedutaan besarnya di Irak serta pangkalan militer di sekitar kawasan.
Walau demikian, AS masih bisa membantu Israel dengan memberikan dukungan intelejen /atau logistik serta jika Iran membalas serangan tersebut.
Media AS lainnya, Axios, melaporkan, operasi tungga Militerl Israel akan lebih terbatas.
Sebab, Angkatan Udara Israel tidak punya pesawat yang bisa membawa bom penembus bunker.
Bom tersebut, diperlukan untuk menyerang bunker di reaktor Fordow, Iran.
IAEA dilawan,
Sebelum Militer Israel menyerang, Iran melawan tekanan AS dan sejumlah pihak lain.
Perlawanan juga ditujukan ke Badan Tenaga Atom Internasional, IAEA.
Sejumlah pihak di Iran menyiarkan berkas lama relasi Rafael Grossi, Direktur Jenderal IAEA, dengan Israel.
tidak sampai 10 tahun lalu, dalam kapasitas sebagai diplomat Argentina, Grossi berulang kali berkomunikasi dengan para petinggi Israel, 'fokusnya menjelekkan program nuklir Iran.'
Perlawanan lain Iran dilakukan dengan pengumuman pembangunan fasilitas nuklir baru.
Iran, menyatakan, mengaktifkan ulang fasilitas lama di Natanz dan Fordow.
'Republik Islam Iran tidak punya pilihan lain selain menanggapi resolusi politik ini.'|tulis Kementerian Luar Negeri Iran dan Organisasi Energi Atom Iran dalam pernyataan resmi bersama.
Iran mengumumkan pernyataan tersebut, selepas pertemuan IAEA di Geneva, Swiss.
dalam pertemuan pada Selasa-Rabu tersebut, IAEA mengatakan Iran melanggar aturan tidak mengembangkan senjata nuklir.
dari 35 anggota Dewan Gubernur IAEA, 19 mendukung rancangan resolusi untuk mengecam Iran.
Rancangan disusun AS bersama trio Eropa, yakni; Inggris, Perancis dan Jerman.
dulu, 4 (empat) negara tersebut bagian dari Kesepakatan Nuklir Iran /atau lebih dikenal sebagai JCPOA.
disepakati pada 2015, JCPOA menyetujui pencabutan sanksi kepada Iran.
Sebagai imbalannya, Iran setuju program nuklirnya diawasi dan dilucuti.
Iran telah melucuti sebagian fasilitas nuklirnya dan mengizinkan pengawas independen memeriksa.
akan tetapi, sanksi tidak kunjung dicabut.
Bahkan, atas bujukan Netanyahu, Trump membawa AS keluar dari JCPOA pada 2018.
Setelah itu, AS terus menambah sanksi kepada Iran.
Trio Eropa juga tidak kunjung mencabut sanksi kepada Iran.
di sisi lain, mereka terus memprotes pengembangan nuklir Iran.
tekanan dari berbagai sis terus diberikan kepada Iran.
dan tekanan terbaru lewat resolusi di IAEA pekan ini.
Resolusi tersebut, mendesak Iran memberikan jawaban tanpa penundaan atas laporan IAEA.
dalam laporan terakhirnya, pengawas IAEA menemukan sejumlah jejak uranium di beberapa lokasi yang tidak secara resmi disebut Iran sebagai fasilitas nuklirnya.
laporan pada 31 Mei 2025, tertulis; pengawas menemukan 3 (tiga) dari 4 (empat) lokasi, merupakan, bagian dari program nuklir terstruktur yang dikembangkan Iran dalam dua dekade terakhir.
lokasi tersebut tidak diungkap Iran.
Pengawas juga menemukan beberapa kegiatan menggunakan bahan nuklir yang tidak dideklarasikan.
Pada stasiun televisi milik pemerintah, Juru Bicara Badan Tenaga Atom Iran, Behrouz Kamalvandi mengatakan, Iran tidak hanya mengungkap rencana lokasi pengayaan baru.
Iran juga akan mengganti mesin sentrifugal lama di fasilitas Fordow.
”Produksi material yang diperkaya akan meningkat secara signifikan."|Kamalvandi (Jubir Tenaga ATOM Iran)
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi yang juga merupakan Ketua Tim Perunding Nuklir Iran, mengatakan, keputusan Dewan Gubernur IAEA akan mempersulit perundingan dengan AS.
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Politik, Hukum, Perang,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: AP, AFP, Reuters,
| Penerbit: Kupang TIMES