PERANG Iran-Israel dan PERANG Dagang AS-China, Menkeu RI, Sri Mulyani: "Kombinasi yang sangat Berisiko Tinggi."

Edisi: 1.182
Halaman 1
Integritas |Independen |Kredibel

      Potret: KT|Properti

JAKARTA, KUPANG TIMES - Ketidakpastian perekonomian global semakin tinggi, dipicu konflik antara Iran dan Israel yang kembali memanas, kebijakan fiskal Amerika Serikat, serta perang dagang antara AS dan China yang belum mencapai kesepakatan.

Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan, dampak dari kebijakan AS yang perlu diwaspadai, terlihat dalam proposal kebijakan fiskal mereka, yaitu; kebijakan fiskal big and beautiful yang diperkirakan akan menambah defisit APBN AS secara signifikan, lebih dari USD 10 Triliun dalam 10 tahun terakhir.

tambahan defisit tersebut menimbulkan sentimen negatif terhadap kebijakan fiskal negara maju, khususnya AS. 

Hal tersebut, memengaruhi persepsi terhadap risiko fiskal dan berdampak pada pergerakan suku bunga di AS dari sisi US Treasury.

kombinasi dari dua faktor utama, antara lain: ketidakpastian perdagangan global dan meningkatnya ketegangan geopolitik serta keamanan hingga pecahnya konflik, telah menyebabkan gangguan signifikan pada rantai pasok komoditas (supply chain). Kondisi tersebut memicu dua risiko utama.

Risiko tersebut diantaranya, ketidakpastian harga yang cenderung meningkat, seperti; harga minyak dunia. 

di sisi lain, kondisi ekonomi global justru menunjukkan kecenderungan melemah. 

Hal ini menyebabkan tekanan inflasi naik bersamaan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia.

“inilah kombinasi yang harus kita waspadai, karena sangat berisiko tinggi, 

Pelemahan ekonomi berdampak buruk, sementara kenaikan inflasi mendorong naiknya imbal hasil (yield) obligasi."|Sri Mulyani (Menkeu RI) dalam konferensi pers APBN Kita, Selasa, (17/06/25).

Menkeu RI, Sri Mulyani, menjelaskan, baik disebabkan oleh faktor geopolitik maupun kebijakan fiskal, keduanya memberikan dampak negatif ke seluruh dunia, termasuk Indonesia, karena turut menggerakkan nilai tukar dan suku bunga global.

Bendahara Negara itu, mengatakan, dari situasi tersebut terlihat kecenderungan dampak negatif dari situasi global, terutama dari negara-negara besar yang signifikan, seperti; AS • China • Uni Eropa • Jepang dan Inggris. 

Situasi tersebut, menimbulkan tekanan terhadap sektor ekonomi, khususnya sektor manufaktur.

Data Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur global pada Mei 2025 tercatat sebesar 49,6, terendah sejak Desember 2024. 

Hal ini menunjukkan bahwa; secara global, sektor manufaktur mengalami kontraksi. 

sebanyak 70,8% negara yang disurvei mengalami kontraksi, termasuk Indonesia yang mencatatkan PMI sebesar 47,4.

Menkeu RI, Sri Mulyani, mencatat bahwa; dari hasil survei, hanya 29,2% negara yang masih berada dalam fase ekspansi manufaktur, seperti; India • Arab Saudi • AS • Australia dan Rusia.

artinya; mayoritas aktivitas manufaktur dunia saat ini sedang menurun. 

ini merupakan dampak dari ketidakpastian geopolitik dan keamanan global yang semakin rapuh, sehingga turut memengaruhi aktivitas ekspor-impor, sektor manufaktur, dan arus modal keluar (capital outflow) secara global.

“Risiko bagi Indonesia juga patut diwaspadai,

melemahnya ekonomi global akan berdampak pada barang-barang ekspor Indonesia, 

Harga komoditas memang ada yang meningkat tajam, tetapi bukan karena faktor supply-demand, melainkan akibat disrupsi."|Sri Mulyani (Menkeu RI)

Sejalan dengan itu, Menkeu RI, Sri Mulyani, mengatakan, kondisi nilai tukar cenderung mengalami volatilitas. 

sementara itu, suku bunga utang mengalami kenaikan sebagai dampak dari kebijakan fiskal AS, yakni; legislasi ekspansi fiskal yang saat ini sedang dibahas dari Kongres ke Senat AS.

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.

Informasi Artikel:

| Konteks: Politik, Ekonomi, Sosial, 

| Penulis: W.J.B

| Sumber: Kemenkeu RI, 

| Penerbit: Kupang TIMES

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®