Edisi : 323
Halaman 1
Foto: PixabayKUPANG TIMES - Hari Pers Nasional di peringati setiap tanggal 9 Februari, di-ambil dari tanggal lahir Persatuan Wartawan Indonesia pada 1946.
Hari Pers Nasional di-tetapkan Presiden Soeharto pada tahun 1985, melalui Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 1985 tentang Hari Pers Nasional.
Lahirnya Pers Indonesia,
Keinginan menerbitkan Surat Kabar di Hindia Belanda saat itu sebenarnya sudah sangat lama, tetapi selalu di-hambat oleh pemerintah VOC.
Baru setelah Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff menjabat, terbitlah Surat Kabar dengan nama "Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen," yang artinya "Berita dan Penalaran Politik Batavia" pada tanggal 07 Agustus tahun 1744.
Ketika Inggris menguasai wilayah Hindia Timur pada tahun 1811, terbit Surat Kabar berbahasa Inggris dengan nama "Java Government Gazzete," pada tahun 1812.
"Bataviasche Courant," kemudian di-ganti menjadi "Javasche Courant," yang terbit tiga kali seminggu pada tahun 1829, yang memuat pengumuman-pengumuman resmi, peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan Pemerintah Inggris.
Pada tahun 1851, "De Locomotief" terbit di Semarang.
Surat kabar ini memiliki semangat Kritis terhadap pemerintahan Kolonial dan pengaruh yang cukup besar.
Grafis: IndonesiaBaikPada abad ke-19, untuk menandingi surat kabar-surat kabar berbahasa Belanda, terbit-lah surat kabar berbahasa Melayu dan Jawa meski-pun para redakturnya masih orang-orang Belanda, seperti;
1. Bintang Timoer (Surabaya, 1850),
2. Bromartani (Surakarta, 1855),
3. Bianglala (Batavia, 1867), dan
4. Berita Betawie (Batavia, 1874).
Pada tahun 1907, terbit surat kabar, dengan nama "Medan Prijaji," di Bandung yang di-anggap sebagai Pelopor Pers Nasional, karena di-terbitkan oleh Pengusaha Pribumi untuk pertama kali, yaitu; Tirto Adhi Soerjo.
Ketika Jepang berhasil menaklukkan Belanda dan akhirnya menduduki Indonesia pada 1942, kebijakan pers turut berubah.
Semua penerbit yang berasal dari Belanda dan China di-larang beroperasi.
Sebagai gantinya penguasa militer Jepang, menerbitkan sejumlah surat kabar sendiri.
Saat itu terdapat lima surat kabar, yang di-terbitkan oleh militer Jepang, seperti:
1. Jawa Shinbun yang terbit di Jawa,
2. Boernoe Shinbun di Kalimantan,
3. Celebes Shinbun di Sulawesi,
4. Sumatra Shinbun di Sumatra dan
5. Ceram Shinbun di Seram.
Kehidupan pada tahun 1950-1960-an di-tandai dengan hadirnya kekuatan-kekuatan Politik dari golongan Nasionalis, Agama, Komunis dan Tentara.
Pada masa kini, sejumlah tonggak sejarah pers Indonesia juga lahir, seperti;
1. LKBN Antara pada 13 Desember 1937,
2. RRI pada 11 september 1945, dan
3. Organisasi PWI pada 1946,
4. TVRI, stasiun televisi pemerintah pada 1962, yang kemudian menjadi cikal bakal Hari Pers Nasional.
Pada akhir 1945, Pers Nasional semakin kuat, yang di-tandai dengan penerbitan sejumlah surat kabar lokal, seperti:
1. Soeara Merdeka, di Bandung,
2. Berita Indonesia,
3. Merdeka,
4. Independent,
5. Indonesian News Bulletin,
6. Warta Indonesia, dan
7. The Voice of Free Indonesia.
|Narasi: Berita, Informasi, Surat Kabar,
|Teks: W.J.B
|Sumber Literasi: Tirto, Indonesia Baik, W.J.B,


