YUK Kenal sama Profesor. Herry Utomo, PENEMU Varietas Padi Tinggi Protein Pertama di DUNIA.!

Edisi: 1.133
Halaman 1
Integritas |Independen |Kredibel

      Potret: KT|Properti

USA, KUPANG TIMES - Nama Profesor. Ir. Herry S. Utomo, MS, PhD, cukup asing di dunia pendidikan Indonesia.

namun, nama Prof. Herry, khususnya di bidang bio-teknologi tanaman, sangat dikenal di Louisiana State University, di Negara Bagian Louisiana, Amerika Serikat. 

Herry Utomo adalah Guru Besar dan Peneliti di Louisiana State University (LSU) di Baton Rouge, Louisiana.

di lembaga tersebut, Herry, menerima anugerah sebagai F. Avalon Daggett Endowed Professor, yang merupakan tonggak penting dalam karier pendidikannya. 

sebagai peneliti yang berdedikasi, Karya dari Prof. Herry, telah menghasilkan pengembangan produk, yang saat ini, telah beredar di pasar Amerika Serikat, yang memberinya royalti. 

meski tidak lagi diharuskan untuk mengajar, Prof. Herry sering melakukan dialog dan mengajar, baik di LSU maupun daring dengan berbagai Universitas di Indonesia, yang mencerminkan komitmennya pada pendidikan dan berbagi ilmu pengetahuan.

Karier Pendidikan, 

Perjalanan akademis Prof. Herry S. Utomo, dimulai di Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang, tempat dirinya memperoleh gelar sarjana dalam pemuliaan tanaman. 

Herry, kemudian, menempuh pendidikan Master di University of Kentucky, diikuti dengan gelar doktor di LSU, yang didukung oleh: beasiswa dan melanjutkan sebagai peneliti pasca-doktoral di almamater yang sama sebelum diangkat sebagai asisten profesor.

seiring berjalannya waktu, Herry naik jabatan menjadi Profesor Madya dan akhirnya menjadi Profesor Penuh pada 2017. 

Herry, mengungkap, keberhasilannya di AS, karena memiliki gaya pendekatan yang penuh percaya diri dan berpikiran terbuka terhadap kehidupan dan pekerjaan, yang memungkinkannya beradaptasi dengan lingkungan budaya yang berbeda dan unggul dalam bidangnya.

Varietas Padi Baru Cahokia,

salah satu pencapaian Prof. Herry yang menonjol adalah penelitiannya tentang beras, makanan pokok di Indonesia. 

Herry dan timnya, termasuk mendiang istrinya, yang juga seorang Profesor, melakukan riset dan mengembangkan varietas padi dengan indeks glikemik yang rendah, sehingga lebih aman bagi penderita diabetes. 

Padi tersebut, tidak dimodifikasi secara genetik, tetapi dikembangkan melalui proses mutasi alami. 

Varietas tersebut akhirnya dirilis dan di-lisensikan di 2 (dua) perusahaan, yang merupakan pencapaian signifikan dalam karier penelitiannya.

Varietas padi baru tinggi protein pertama di dunia tersebut, dinamakan “Cahokia."

Hasil Penelitian dua professor tersebut, telah dipatenkan di Amerika Serikat dan sudah dipasarkan secara komersial di Amerika Serikat. 

Varietas padi Cahokia, kandungan proteinnya 50% lebih banyak dari padi varietas biasa, dapat panen lebih cepat, berbulir panjang dan resisten terhadap jamur padi (Pyricularia grisea) jenis IG-1, IH-1, IB-54 dan ID-13.

Padi Cahokia tersebut, dapat diproduksi hingga 7.560 Kg per-Hektar. 

Proses penanaman beras Cahokia, tidak memerlukan biaya tambahan serta dapat memproduksi 150 Kg protein murni per-hektarnya, dimana ini setara dengan 550 Kg daging dan 4.500 liter susu.

Jika padi tinggi protein ini ditanam di Indonesia (yang memiliki 4 ½ kali lahan padi yang jauh lebih luas dibandingkan Amerika Serikat), asupan protein tambahan yang dapat diperoleh sekitar 1 Juta Ton /atau setara dengan 3.6 Juta Ton Daging. 

Proses pemasakan beras Cahokia tersebut, memerlukan waktu, panas api, serta air yang jauh lebih sedikit dibandingkan saat memasak beras biasa sehingga hemat bahan bakar.

“Nah ini kita berikan jalan.. silakan makan nasi.. ini aman, 

Jadi kira-kira begitu dengan mengubah sifat genetik dari tanaman itu, tidak GMO, bukan genetically modified plant (tanaman yang dimodifikasi secara genetik), tapi adalah natural plant (tanaman alami) yang kita ciptakan di Louisiana, 

secara alami memang karakter ini tidak ada.. jadi harus kita ciptakan melalui mutasi.. sangat bersyukur.. kita berhasil mendapatkan galur itu."|Prof. Herry (ahli pertanian) dilansir dari VOA Indonesia.


Pengalaman Pendidikan di AS, 

Prof. Herry, mengatakan, saat di Amerika Serikat, dirinya melakukan transisi pendidikan, dari sistem pendidikan Indonesia ke sistem pendidikan Amerika Serikat, yang penuh tantangan, terutama dalam hal beradaptasi dengan budaya diskusi dan debat terbuka. 

Herry, sedikit bercerita, di Indonesia, dirinya terbiasa dengan sistem yang lebih hierarkis di mana mempertanyakan otoritas adalah hal yang tidak umum. 

Namun, di AS, dialog terbuka dan pemikiran kritis sangat dianjurkan, yang awalnya terasa menakutkan tetapi akhirnya terbukti bermanfaat. 

Perubahan Perspektif tersebut, membantunya dalam mengembangkan pola pikir yang lebih dinamis dan adaptif, yang sangat penting dalam keberhasilan akademis dan penelitiannya.

sebagai akademisi asing di Negeri Paman Sam, Herry telah menghadapi berbagai tantangan, tetapi dirinya memilih untuk fokus pada pencapaian dan kontribusinya daripada berkutat pada hambatan. 

Herry, percaya bahwa; keberhasilan dalam dunia akademis, khususnya di negara asing, membutuhkan pandangan positif, ketahanan dan kemampuan untuk menavigasi lingkungan budaya dan akademis yang berbeda.

Herry, menegaskan, untuk mencapai suatu posisi dan prestasi, halangan dan tantangan ada di mana saja, termasuk di Indonesia, tetapi semuanya bisa dilalui, di antaranya dengan sikap positif, tekun, tidak mengeluh, tidak putus asa dan patuh pada aturan.

“Jadi, meskipun karakter budaya kita sudah bagus.. tapi ada yang mengeluh.. ada yang putus asa.. ada yang merasa.. oh.. terlalu banyak dan sebagainya,

Kalau saya melihatnya agak lain.. Ini adalah kesempatan, 

Jadi, betapa enaknya udara bersih.. semua teratur.. kemudian semua proses teratur, dan kalau mau jadi profesor juga jenjangnya sudah teratur, kreditnya jelas, tidak bisa korupsi, kira-kira gitu."|Prof. Herry (ahli pertanian)

Herry, menekankan, pentingnya menjaga keseimbangan antara mematuhi norma budaya dan bersikap terbuka terhadap ide dan cara berpikir baru. 

Herry, mencatat bahwa; meskipun orang Indonesia pekerja keras dan penuh hormat, ada juga kebutuhan untuk menumbuhkan rasa ingin tahu dan kemauan untuk menantang norma yang sudah ada untuk mendorong inovasi. 

Keseimbangan ini sangat penting untuk keberhasilan dalam lingkungan yang kompetitif dan dinamis seperti Amerika Serikat.

Herry, menyarankan, bagi mahasiswa dan akademisi Indonesia yang bercita-cita membangun karier di AS, harus merangkul perbedaan dalam budaya dan sistem pendidikan. 

Herry, menegaskan, pentingnya bersikap terbuka terhadap kritik dan terlibat dalam diskusi yang dapat menantang pandangan seseorang. 

Kepercayaan diri dan kemampuan untuk berpikir kreatif sangat penting untuk berkembang di AS, di mana otoritas dan kepercayaan diri individu sangat dihargai.


Kontribusi untuk Indonesia, 

selain karya akademisnya, Prof. Herry, juga terlibat dalam komunitas diaspora Indonesia.

dan saat ini, Herry, menjabat sebagai Presiden Indonesian Diaspora Network United, organisasi diaspora Indonesia di seluruh dunia. 

Herry, sering bepergian ke Indonesia, di mana dirinya berkontribusi pada berbagai inisiatif pendidikan, termasuk upaya peningkatan kualitas pendidikan di Prov Papua dan bekerja sama dengan universitas-universitas di Indonesia.

meski menetap di AS, Herry tetap terhubung dengan tanah air, berpartisipasi dalam acara budaya dan mendukung inisiatif yang memperkuat hubungan antara Indonesia dan diasporanya.

Herry, merenungkan, rasa patriotisme yang kuat di antara diaspora Indonesia. 

Herry, melihat, hal ini sebagai faktor kunci dalam ketahanan dan keberhasilan komunitas di luar negeri. 

melihat ke masa depan, Herry cukup optimis dengan potensi Indonesia untuk memadukan warisan budayanya yang kaya dengan inovasi modern, seperti; negara-negara Asia lainnya, terutama Korea Selatan, yang telah berhasil mengekspor budaya mereka secara global.

“Kulturnya sekarang bisa meledak ke seluruh dunia.. tanpa harus mengikuti benar model Barat."|Prof. Herry (ahli pertanian)

BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.

Informasi Artikel:

| Konteks: Sains, Pertanian, 

| Penulis: W.J.B

| Sumber: Louisiana State University, 

| Penerbit: Kupang TIMES

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.

Top Post Ad

Below Post Ad

Copyright © 2022 The Kupang Times Newsroom.com ™ Design By The Kupang Times Newsroom.com ®