Edisi: 985
Halaman 4
Integritas |Independen |Kredibel
JAKARTA, KUPANG TIMES - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Republik Indonesia, Stella Christie, mengatakan dan mengakui bahwa; dirinya adalah seorang ekonom gagal.
Hal tersebut diakuinya dalam menghadiri kegiatan Sarasehan 100 Ekonom Indef, Selasa, (03/12/24).
"Dulu cita-cita saya, masuk Fakultas Ekonomi UI,
Waktu saya kuliah pun di Harvard sampai tingkat 3 Jurusan Ekonomi,
waktu tingkat 3 berubah pikiran, jadi tidak selesai dengan gelar ekonominya,"|Stella (Wamen Pendikti Sainsteko RI)
Karena kegagalannya tersebut, Stella ingin mempergunakan kesempatan untuk bertanya kepada 100 ekonom yang hadir di acara tersebut.
Ada empat pertanyaan yang diajukan Stella Christie, sebagai berikut:
"Saya ada 4 pertanyaan terhadap 100 ekonom di sini, mohon dijawab,
Satu jawaban penuh dan bagus untuk pertanyaan yang manakah silahkan para professor menjawab,"|Stella (Wamen Pendikti Sainsteko RI)
Pertanyaan KE-SATU • kebijakan /atau prosedur ekonomi apa yg dilakukan sehari-sehari di kementerian /atau lembaga, yang bisa membuat riset dianggap sebagai investasi dan bukan melulu soal pengeluaran.
"Jadi saya menanyakan kepada saudara-saudara apa yg bisa dibuat.? • kebijakan ekonomi apakah.? • prosedur ekonomi apakah yang bisa mengubah pemikiran ini.? sehingga kita bisa mencapai the Romer model of economic growth?"|Stella (Wamen Pendikti Sainsteko RI)
Pertanyaan KE-DUA • untuk menghasilkan riset yang kompetitif dan berkualitas diperlukan dana yang besar, terutama kontribusi dari industri.
Hal ini sudah terjadi di negara- negara maju /atau negara yang hampir jadi negara maju dan berkembang, terutama sekali karena industri berbasis teknologi.
Namun, Stella, mengatakan, industri di Indonesia masih sangat segan berinvestasi, karena sedikitnya riset yang berkualitas.
"Ini bisa saya jelaskan secara gamblang, karena sudah saya teliti angka-angkanya,
karena sudah banyak dana dari Kemendikti, sains tech pun mengeluarkan sebagai dana pandanan,
industri tidak mau match, tidak mau berpadani, karena mreka tidak yakin bahwa; riset yang akan mereka investasikan itu riset yang berkualitas,"
"Ini kan menjadi dilema ayam dan telur,
Bagaimana memecahkan dilema ayam dan telur ini, mana telurnya mana ayamnya.?"|Stella (Wamen Pendikti Sainsteko RI)
Pertanyaan KE-TIGA • skema ekonomi dan pendanaan apakah yang bisa dipakai untuk membiayai ekosistem perguruan tinggi.
Stella, sedikit menegaskan, Indonesia membutuhkan dana untuk membangun ekosistem perguruaan tinggi yang berkualitas.
"Bagaimana skema ekonominya, apakah itu 80% dari pemerintah.? • apakah itu dari hasil-hasil yang dilakukan.? • apa itu dari swasta.? • skema ekonomi dan pendanaan apa yang dipakai untuk membiayai ekosistem perguruan tinggi.? • dan jawabannya harus di luar tambahan dana APBN?"|Stella (Wamen Pendikti Sainsteko RI)
Pertanyaan KE-EMPAT • Stella menunjukkan grafik dari IMF.
Grafik tersebut, menunjukkan produktivitas riset.
Riset terapan secara jangka panjang lebih sedikit dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi dan produktivitas inovasi itu lebih sedikit.
sementara itu, visi misi Indonesia Emas 2045 adalah tujuan jangka panjang.
Namun, kebijakan ekonomi yang diambil selama ini hanya fokus pada jangka pendek, termasuk insentif yang diberikan untuk riset terapan.
"Saya ingin menanyakan kepada pakar, gimana kita menghadapi masalah jangka pendek dan jangka panjang ini dengan tujuan meningkatkan ekonomi negara secara keseluruhan.?
"Demikian 4 pertanyaan saya mohon dijawab,"|Stella (Wamen Pendikti Sainsteko RI)
BERSUARA KERAS untuk Demokrasi dan Keadilan dan Kejujuran.
• Informasi Artikel:
| Konteks: Pendidikan, Ekonomi,
| Penulis: W.J.B
| Sumber: Stella Christie, Sarasehan 100 Ekonom Indef 2024,
| Penerbit: Kupang TIMES